Presiden Prabowo Subianto, Jangan Sekali-Kali Tinggalkan Ulama dan Tokoh Agama jika Ingin Berhasil Membangun Bangsa

Yoyok Pitoyo Ketua Umum Kopitu
Sumber :
  • Handoko/istimewa

Jakarta, WISATA - Menjelang 100 hari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, berbagai kritik dan tantangan muncul terkait arah kebijakan yang diambil. Kebijakan yang diwarnai beberapa blunder ini menjadi perhatian serius berbagai pihak. Yoyok Pitoyo, Ketua Umum Komite Pengusaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia Bersatu (KOPITU), memberikan pandangan dan saran terkait arah pembangunan bangsa.

Kenaikan PPN 12% di Indonesia: Dampaknya Terhadap Ekonomi dan Pembelajaran dari Pemikiran Ibnu Khaldun

Pentingnya Peran Ulama dan Tokoh Agama

Dalam pernyataannya, Yoyok Pitoyo menekankan bahwa ulama dan tokoh agama memiliki peran vital sebagai penjaga moralitas bangsa. “Pemerintah harus merangkul para ulama dan tokoh agama untuk memastikan kebijakan yang diambil tetap sejalan dengan nilai-nilai agama yang menjadi dasar kehidupan masyarakat Indonesia. Jika pemerintah mengabaikan mereka, risikonya adalah kebijakan yang kehilangan arah dan jauh dari akar budaya bangsa,” ujarnya.

JAKARTA: Sambut Tahun Baru 2025, Ini Rangkaian Acara Semarak Jakarta Mendunia, 31 Desember 2024

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, peran ulama sangat signifikan dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa lebih dari 87% penduduk Indonesia memeluk agama Islam, sehingga keterlibatan tokoh agama menjadi kunci harmoni dan stabilitas sosial.

Refleksi 100 Hari Pemerintahan

Beginilah Cara Orang Mesir Kuno Merayakan Tahun Baru

Yoyok juga menyoroti bahwa seratus hari pertama pemerintahan Prabowo belum menunjukkan gebrakan besar yang bisa menjadi solusi atas persoalan bangsa. Menurutnya, pemerintah perlu kembali kepada jati diri bangsa dengan menempatkan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas utama.

“Kesejahteraan rakyat adalah inti dari kedaulatan bangsa. Jika rakyat tidak sejahtera, maka seluruh pembangunan tidak memiliki makna. Tradisi dan budaya luhur yang menjadi identitas bangsa juga harus dijaga agar kita tidak kehilangan arah dalam modernisasi,” tambahnya.

Halaman Selanjutnya
img_title