Epictetus: Kebijaksanaan dalam Bersyukur, Bukan Bersedih atas yang Hilang
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA - Dalam dunia yang terus memompa ambisi dan membandingkan pencapaian, sering kali manusia lebih sibuk menghitung apa yang belum ia miliki dibandingkan mensyukuri apa yang sudah ada dalam genggamannya. Filsuf Stoik Epictetus, yang hidup lebih dari dua ribu tahun lalu, menekankan pesan abadi tentang kebahagiaan sejati:
“He is a wise man who does not grieve for the things which he has not, but rejoices for those which he has.”
Ini bukan sekadar nasihat moral, tetapi kunci mendasar untuk menjalani hidup yang damai, stabil, dan memuaskan secara batin.
Budaya Modern dan Ilusi Kekurangan
Kita hidup di tengah sistem yang membuat kita merasa kurang. Iklan, media sosial, dan budaya konsumtif terus-menerus membisiki bahwa kita belum cukup sukses, belum cukup cantik, belum cukup kaya, atau belum cukup bahagia.
Semua ini menciptakan perasaan kekurangan buatan yang menumbuhkan kesedihan atas apa yang belum kita miliki, dan secara perlahan memadamkan rasa syukur atas hal-hal yang sudah ada.
Epictetus mengajak kita berhenti sejenak dan menoleh ke dalam diri. Bukan untuk mencari apa yang hilang, melainkan untuk menyadari kelimpahan yang tersembunyi dalam keseharian.