Cara Ibnu Rusyd Merespons Kritik Al-Ghazali dalam Tahafut al-Falasifa melalui Karya Monumentalnya, Tahafut al-Tahafut
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Ibnu Rusyd, yang lebih dikenal di dunia Barat sebagai Averroes, merupakan salah satu pemikir besar dalam sejarah peradaban Islam. Karya monumentalnya, Tahafut al-Tahafut (The Incoherence of the Incoherence), merupakan respons tajam terhadap kritik-kritik Al-Ghazali dalam karyanya Tahafut al-Falasifa (The Incoherence of the Philosophers). Artikel ini mengulas secara komprehensif bagaimana Ibnu Rusyd merespons argumen-argumen kritis Al-Ghazali, membela nilai-nilai rasionalisme dalam filsafat, serta menyelaraskan antara logika Aristotelian dan teologi Islam. Pembahasan ini didukung oleh data dan fakta dari sumber-sumber valid yang dapat divalidasi secara real time .
Latar Belakang Sejarah dan Konteks Intelektual
Al-Ghazali dan Tahafut al-Falasifa
Pada abad ke-11 M, Abu Hamid Muhammad al-Ghazali muncul sebagai figur kontroversial dalam dunia intelektual Islam. Dalam karyanya Tahafut al-Falasifa, Al-Ghazali mengkritik para filsuf yang mengandalkan logika dan rasionalitas, terutama mereka yang terpengaruh oleh pemikiran Aristoteles. Kritiknya ditujukan kepada pemahaman metafisika dan etika yang dianggapnya terlalu jauh dari kebenaran wahyu ilahi. Al-Ghazali berargumen bahwa akal manusia memiliki keterbatasan untuk memahami hal-hal yang bersifat transenden, sehingga penafsiran murni melalui logika tidak dapat menggantikan kebenaran yang diperoleh dari wahyu. Kritik ini memicu perdebatan sengit di kalangan cendekiawan Islam, yang terbagi antara pengikut tradisi rasionalisme dan kaum ortodoks yang lebih mengutamakan aspek spiritual dalam teologi .
Ibnu Rusyd: Sang Pembela Rasionalisme
Menanggapi kritik Al-Ghazali, Ibnu Rusyd lahir sebagai sosok yang berani mempertahankan nilai-nilai rasionalisme dan logika. Lahir pada tahun 1126 M di Córdoba, Ibnu Rusyd tumbuh dalam lingkungan intelektual yang multikultural di Al-Andalus. Ia memperoleh pendidikan yang mendalam di berbagai disiplin ilmu, termasuk filsafat, kedokteran, dan teologi. Kecerdasannya yang luar biasa mendorongnya untuk mempelajari karya-karya filsuf Yunani, terutama Aristoteles, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa logika dan rasionalitas adalah alat yang esensial untuk memahami alam semesta dan tanda-tanda kebesaran Sang Pencipta. Melalui karya-karyanya, ia berusaha menunjukkan bahwa kebenaran dapat dicapai dengan mengintegrasikan akal dan wahyu secara harmonis .
Memahami Kritik Al-Ghazali dalam Tahafut al-Falasifa
Argumen Sentral Al-Ghazali