Kebebasan Sejati: Mengendalikan Diri Menurut Epictetus untuk Hidup Lebih Bahagia
- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA - Di tengah kehidupan modern yang penuh dengan tekanan, persaingan, dan distraksi digital, konsep kebebasan sering kali disalahartikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Namun, Epictetus, seorang filsuf Stoik dari zaman Romawi, mengajarkan bahwa kebebasan sejati tidak terletak pada kondisi eksternal, melainkan pada kekuatan untuk mengendalikan diri sendiri. Kutipan terkenalnya, “Kebebasan sejati adalah kekuatan untuk mengendalikan diri sendiri,” mengandung pesan mendalam yang mampu mengubah cara kita memandang kehidupan, terutama dalam era yang serba cepat dan penuh gangguan ini.
Makna Kebebasan Sejati Menurut Epictetus
Epictetus mengajarkan bahwa segala sesuatu di luar kendali kita—seperti kondisi cuaca, opini orang lain, atau bahkan peristiwa besar dalam hidup—tidak seharusnya mendikte kebahagiaan atau kesejahteraan batin kita. Menurutnya, yang dapat kita kendalikan hanyalah pikiran, sikap, dan reaksi kita terhadap peristiwa tersebut. Dengan kata lain, kebebasan sejati adalah kemampuan untuk memilih bagaimana kita merespons situasi, sehingga kita tidak terperangkap dalam kemarahan, kecemasan, atau kesedihan yang berkepanjangan.
Dalam praktiknya, ajaran ini mengajak kita untuk selalu melakukan refleksi diri, mengasah kesadaran akan emosi, dan menerapkan prinsip-prinsip rasional dalam menghadapi setiap tantangan. Dengan mengendalikan diri sendiri, kita mampu mempertahankan ketenangan batin meskipun menghadapi situasi yang sulit sekalipun.
Relevansi Konsep Pengendalian Diri di Era Modern
Di era digital saat ini, di mana informasi mengalir tanpa henti dan distraksi datang dari berbagai sumber—mulai dari notifikasi media sosial hingga pesan instan—kemampuan untuk mengendalikan diri menjadi semakin penting. Data dari Digital 2023 Report oleh We Are Social mengungkapkan bahwa rata-rata pengguna internet di Indonesia menghabiskan lebih dari 4 jam sehari di media sosial. Waktu yang sangat berharga ini sering kali digunakan untuk hal-hal yang tidak produktif dan bahkan dapat menimbulkan perasaan cemas atau iri hati.
Menurut American Psychological Association (APA) (2023), individu yang mampu mengendalikan respon emosional mereka memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan kualitas hidup yang lebih baik. Pendekatan ini sejalan dengan ajaran Epictetus bahwa dengan mengelola pikiran dan emosi kita, kita dapat mencapai kebebasan sejati—yakni, kebebasan dari penderitaan emosional yang tidak perlu.