Ekonomi, Budaya Indonesia Rontok Dihantam TikTok: Penjajahan Modern Melalui Teknologi Digital
- Yoyok Pitoyo
Sementara itu, TEMU, sebuah platform e-commerce dari Tiongkok, telah beberapa kali mengajukan izin untuk masuk ke Indonesia. Meskipun belum beroperasi secara resmi, TEMU dianggap sebagai ancaman besar bagi sektor UMKM lokal. TEMU dikenal dengan strategi predatory pricing—menjual produk dengan harga sangat murah yang tidak bisa disaingi oleh pelaku UMKM.
Yoyok menilai bahwa e-commerce seperti TEMU telah mempelajari perilaku pasar dan pola konsumsi masyarakat Indonesia selama ini. Platform e-commerce di Indonesia memang menarik perhatian banyak pemain asing, terutama karena besarnya potensi pasar domestik. Namun, Yoyok mengingatkan bahwa setelah platform-platform asing seperti TEMU menguasai pasar dan memahami pola konsumsi masyarakat, mereka akan mulai memproduksi barang sendiri, yang tentunya akan semakin mengancam keberlangsungan UMKM lokal.
"Selama ini UMKM sudah dipungut biaya yang cukup besar oleh platform e-commerce, bahkan ada yang mencapai 18% sebagai komisi penjualan. Setelah platform-platform ini mengetahui pasar dan pola konsumsi, mereka akan memproduksi barang mereka sendiri. Ini sangat berbahaya untuk masa depan UMKM di Indonesia," jelas Yoyok.
Fenomena seperti ini sudah terjadi di beberapa negara, di mana e-commerce asing mendominasi pasar dengan harga murah dan menyebabkan runtuhnya bisnis lokal. Di India, misalnya, 30% pelaku UMKM mengalami penurunan penjualan drastis setelah platform-platform besar dari luar negeri mulai beroperasi.
Penjajahan Modern Melalui Teknologi Digital
Yoyok menyebut kondisi ini sebagai bentuk penjajahan modern yang dilakukan bukan dengan senjata, melainkan dengan teknologi digital. "TikTok merusak budaya kita, sementara TEMU menghancurkan ekonomi kita. Ini adalah penjajahan yang dilakukan secara halus melalui platform digital yang merasuk ke setiap aspek kehidupan kita," tegasnya.
Dalam konteks ini, Yoyok memperingatkan bahwa ancaman dari globalisasi teknologi tidak boleh dianggap enteng. Platform-platform digital yang dioperasikan oleh negara-negara besar seperti Tiongkok memiliki kekuatan untuk mempengaruhi perilaku, budaya, dan ekonomi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan, Indonesia bisa kehilangan kedaulatannya di sektor-sektor penting seperti budaya dan ekonomi.