Relativisme Kebenaran: Kaum Sofis dan Pandangan Bahwa Kebenaran Itu Relatif

Tokoh Kaum Sofis Protagoras, Gorgias, dan Hippias
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA - Di era digital saat ini, konsep kebenaran semakin dipertanyakan. Informasi bertebaran di berbagai platform media sosial, sering kali tanpa proses verifikasi yang jelas. Fenomena ini mengingatkan kita pada gagasan yang telah ada sejak zaman Yunani Kuno, yaitu relativisme kebenaran yang diperkenalkan oleh kaum Sofis. Mereka meyakini bahwa kebenaran bersifat subjektif, bergantung pada sudut pandang individu atau konteks budaya.

Warisan Hegel: Pengaruh Dialektika Idealisme dalam Pemikiran Filsafat dan Politik

Salah satu tokoh Sofis yang paling dikenal, Protagoras, pernah menyatakan, "Manusia adalah ukuran segala sesuatu." Pernyataan ini mengandung makna bahwa setiap individu memiliki standar kebenaran masing-masing. Namun, apakah pandangan ini dapat diterapkan dalam kehidupan modern? Atau justru membahayakan jika diterapkan tanpa batas?

Artikel ini akan mengulas konsep relativisme kebenaran dari kaum Sofis, bagaimana pemikirannya berkembang hingga era digital, serta dampaknya terhadap cara masyarakat saat ini memahami dan menyebarkan informasi.

5 Nasihat Plato untuk Menghadapi Kaum Sofis agar Tidak Terjebak pada Pemikirannya

1. Relativisme Kebenaran Menurut Kaum Sofis

Kaum Sofis merupakan kelompok pemikir dan pengajar di Yunani Kuno yang terkenal karena kemampuannya dalam berdebat dan persuasi. Berbeda dengan filsuf seperti Socrates dan Plato yang mencari kebenaran absolut, kaum Sofis berpendapat bahwa kebenaran selalu bersifat relatif dan bergantung pada perspektif individu.

Inilah Persamaan dan Perbedaan Kaum Sofis Era Yunani dan Sofis Era Modern, yang Wajib Diketahui

Menurut Protagoras, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda, dan tidak ada standar kebenaran yang mutlak. Hal ini berarti bahwa apa yang benar bagi seseorang bisa saja salah bagi orang lain. Konsep ini memberikan kebebasan berpikir, tetapi di sisi lain, juga membuka peluang bagi manipulasi fakta.

Gorgias, seorang Sofis lainnya, bahkan lebih ekstrem dalam pandangannya. Ia menyatakan bahwa:

Halaman Selanjutnya
img_title