Ekonomi, Budaya Indonesia Rontok Dihantam Aplikasi TikTok: Penjajahan Modern Melalui Teknologi Digit

Ekonomi dan Budaya Indonesia dalam Cengkraman Asing (ilustrasi)
Sumber :
  • Yoyok Pitoyo

Pemerintah Harus Mengambil Langkah Nyata

Belajar dari Kasus "Fufufafa": Media Sosial Tidak Lagi Sepenuhnya Dikendalikan Politisi

Menurut Yoyok, globalisasi e-commerce adalah suatu keniscayaan, namun hal ini harus dihadapi dengan strategi yang tepat. "Globalisasi e-commerce tidak bisa dihindari. Tapi solusinya bukan hanya dengan berteriak-teriak. Pemerintah Indonesia harus punya solusi konkret, seperti membuat e-commerce lokal dan platform serupa TikTok atau TEMU yang dikelola oleh negara," ujarnya.

Yoyok juga mengkritik pemerintah yang dinilai terlalu melindungi oligarki marketplace, sementara UMKM yang merupakan tulang punggung ekonomi tidak mendapatkan perlindungan yang memadai. “Selama lima tahun terakhir, mana solusi yang diberikan untuk UMKM? Kementerian Koperasi dan UKM hanya teriak-teriak tanpa ada aksi nyata,” tambahnya.

Menjadi Ekonomi Terbesar di ASEAN: AIIB Harus Memperluas Operasinya di Indonesia

Ia juga menegaskan pentingnya adanya platform digital nasional yang dapat bersaing dengan aplikasi asing. “Kita butuh platform lokal yang mampu bersaing dengan TikTok dan TEMU. Dengan begitu, kita tidak hanya menjadi pasar bagi produk asing, tetapi juga bisa melindungi budaya dan ekonomi kita sendiri,” tegas Yoyok.

Data dan Statistik UMKM Indonesia

Ancaman E-Commerce Asing Terhadap UMKM Lokal: Kasus Temu dan Dampaknya di Indonesia

Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UKM, UMKM menyumbang 61% dari total PDB Indonesia dan menyerap sekitar 97% tenaga kerja nasional. Jika sektor ini runtuh, maka dampaknya akan sangat besar terhadap perekonomian nasional. Saat ini, terdapat lebih dari 64 juta UMKM di Indonesia yang berkontribusi pada perekonomian negara. Namun, di tengah persaingan yang semakin ketat dengan platform asing, banyak UMKM yang kesulitan bersaing, terutama karena keterbatasan modal dan akses teknologi.

Selain itu, data dari Google, Temasek, dan Bain & Company menunjukkan bahwa e-commerce di Indonesia diproyeksikan mencapai nilai $83 miliar pada tahun 2025, dengan potensi pertumbuhan yang masih sangat besar. Angka ini menjadi daya tarik bagi banyak pemain asing yang ingin masuk dan menguasai pasar Indonesia. TEMU, sebagai salah satu pemain baru, memanfaatkan predatory pricing untuk menarik konsumen sebanyak mungkin, yang pada akhirnya akan mematikan UMKM lokal.

Halaman Selanjutnya
img_title