Ajaran Sesat Walid di Drama Seri Bidaah yang Trending, Ternyata Sudah Lebih Dulu Ada di Indonesia
- IG/cinemagicmy
Jakarta, WISATA – Drama seri trending “Bidaah” yang menampilkan Walid dan ajaran sesatnya ternyata memiliki kemiripan dengan beberapa kasus nyata aliran sesat di Indonesia. Dalam cerita, Walid menggunakan manipulasi dan karisma untuk mengontrol pengikutnya, sebuah pola yang sering ditemukan dalam kasus aliran sesat di dunia nyata.
Ingat tentang Eyang Subur? Kasus Walid dalam drama produksi Malaysia ini dapat dibandingkan dengan fenomena nyata seperti kasus Eyang Subur di Indonesia, yang sempat menjadi sorotan publik karena kontroversi terkait poligami dan praktik spiritualnya.
Eyang Subur dikenal memiliki banyak istri, yang jumlahnya mencapai delapan, dan mengklaim dirinya sebagai sosok spiritual dengan pengikut setia. Sama seperti karakter Walid, Eyang Subur menggunakan karisma dan pengaruhnya untuk menarik pengikut, meskipun dengan pendekatan yang berbeda.
Dalam kasus Eyang Subur, isu yang mencuat adalah dugaan penyimpangan ajaran agama dan eksploitasi kepercayaan pengikutnya. Hal ini mirip dengan Walid dalam Bidaah, yang memanfaatkan kepercayaan pengikutnya untuk kepentingan pribadi. Namun, perbedaan utama terletak pada konteks dan skala pengaruh. Walid digambarkan sebagai pemimpin sekte dengan ideologi yang lebih terstruktur, sementara Eyang Subur lebih dikenal sebagai figur kontroversial dalam lingkup spiritual dan sosial.
Contoh nyata lainnya adalah “Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar)”, yang sempat menghebohkan Indonesia. Gafatar menggabungkan ajaran agama dengan ideologi yang melenceng, mengklaim bahwa mereka memiliki cara hidup yang lebih baik. Pemimpin gerakan ini menggunakan retorika yang kuat untuk menarik pengikut, mirip dengan karakter Walid.
Ada juga kasus “Tarekat Ana Loloa” di Maros, Sulawesi Selatan, yang mengajarkan rukun Islam yang melenceng dan mengklaim bahwa ibadah haji hanya sah jika dilakukan di Gunung Bawakaraeng. Pemimpin kelompok ini mengaku mendapatkan ajaran melalui mimpi, sebuah klaim yang sering digunakan untuk membenarkan doktrin sesat.
Kasus-kasus ini menunjukkan bagaimana karisma dan manipulasi psikologis dapat digunakan untuk memengaruhi orang lain, baik dalam konteks fiksi maupun realitas. Namun, penting untuk diingat bahwa kasus nyata seperti Eyang Subur memiliki dampak langsung pada kehidupan nyata, termasuk konflik keluarga dan sosial, yang sering kali lebih kompleks dibandingkan dengan cerita fiksi.