Mengapa Emosi Kita Lebih Berbahaya daripada Peristiwanya?

Jules Evans
Sumber :
  • Cuplikan layar

Jakarta, WISATA   Pernahkah Anda merasa hancur oleh suatu kejadian, bukan karena kejadiannya itu sendiri, tetapi karena apa yang Anda pikirkan dan rasakan tentangnya? Menurut Jules Evans, penulis dan peneliti asal Inggris yang terkenal karena menghubungkan filsafat Stoik dengan psikologi modern, justru emosi kita sering kali lebih berbahaya daripada peristiwa yang memicunya.

Setiap Detik yang Berlalu Membentuk Siapa Kita Hari Ini

Pandangan ini, meskipun terdengar sederhana, memiliki dasar kuat dalam filsafat Stoik dan juga dalam pendekatan ilmiah seperti terapi kognitif perilaku (CBT). Evans menyampaikan bahwa cara kita memaknai suatu peristiwa lebih menentukan dampaknya dibandingkan peristiwa itu sendiri. Maka, dalam menghadapi tantangan hidup, yang perlu kita latih bukan hanya strategi bertahan hidup, tetapi kecerdasan emosional dan kejernihan berpikir.

Filosofi Stoik: Bukan Peristiwanya, tapi Penilaian Kita

Setiap Hari Adalah Latihan Karakter: Cara Hidup Stoik

Filsuf Yunani kuno Epiktetos pernah berkata, “Manusia terganggu bukan oleh peristiwa itu sendiri, tetapi oleh pandangan mereka terhadap peristiwa tersebut.” Prinsip ini menjadi inti pemikiran Stoik, dan dihidupkan kembali oleh Jules Evans dalam konteks dunia modern yang penuh tekanan.

Contohnya, dua orang bisa mengalami hal yang sama—misalnya kehilangan pekerjaan. Namun, yang satu bisa mengalami depresi, sementara yang lain justru melihatnya sebagai peluang untuk memulai sesuatu yang baru. Perbedaannya terletak pada emosi dan tafsir pribadi.

Jangan Takut Gagal, Stoikisme Mengajarkan Cara Bangkit

Jules Evans menyampaikan, jika kita tidak belajar mengenali dan mengelola reaksi emosional kita, maka kita bisa menjadi korban dari pikiran kita sendiri. Dalam kata lain, emosi negatif yang tidak dikelola adalah ancaman yang lebih nyata daripada kejadian eksternal.

Psikologi Modern Mendukung Pemikiran Ini

Halaman Selanjutnya
img_title