Filsafat Sebagai Obat Jiwa: Jules Evans dan Revolusi Kesadaran Diri
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA — Di tengah meningkatnya gangguan kesehatan mental dan kegelisahan hidup modern, muncul pendekatan yang tak terduga namun ampuh: filsafat sebagai obat jiwa. Pendekatan ini diperjuangkan oleh Jules Evans, penulis, peneliti, dan pembicara publik asal Inggris yang menggabungkan filsafat Stoik dengan psikologi dan spiritualitas.
Melalui perjalanan pribadinya yang penuh krisis dan pencarian, Evans menghadirkan sebuah revolusi sunyi: menghidupkan kembali filsafat kuno sebagai alat penyembuhan batin di zaman yang penuh tekanan.
“Filsafat bukan sekadar bahan kuliah, tapi panduan untuk bertahan, menyembuhkan, dan menemukan makna,” kata Jules Evans dalam berbagai ceramahnya.
Dari Krisis Mental ke Pencerahan Filosofis
Evans bukan filsuf akademik yang hidup di balik meja tulis. Ia mengalami sendiri depresi dan kecemasan berat saat muda. Ketika terapi dan obat tidak memberi jawaban menyeluruh, ia menemukan titik balik saat membaca karya-karya Epiktetos dan Marcus Aurelius, dua tokoh besar Stoikisme.
Dari sana, ia mulai menelusuri bagaimana filsafat praktis bisa membantu manusia memahami emosi, mengelola pikiran negatif, dan membangun kesadaran diri. Ia menemukan bahwa banyak konsep dalam terapi kognitif perilaku (CBT) berakar dari Stoikisme.
Temuannya itu menjadi dasar buku Philosophy for Life and Other Dangerous Situations (2012), yang sejak terbit telah menginspirasi banyak orang untuk menjadikan filsafat sebagai bagian dari keseharian.