Menjadi Pemimpin yang Bijak: Inspirasi dari Marcus Aurelius
- Image Creator bing/Handoko
“It is the responsibility of leadership to work intelligently with what is given, and not waste time fantasizing about a world of flawless people and perfect choices.”
Pemimpin yang bijak tidak menunggu keadaan ideal untuk bertindak, tapi bekerja dengan realitas yang ada dan mengubahnya sedikit demi sedikit ke arah yang lebih baik.
Penutup: Warisan Kepemimpinan Abadi
Di tengah gempuran gaya kepemimpinan yang karismatik tapi kosong, atau teknokratis tapi tanpa hati, Marcus Aurelius menawarkan alternatif yang lebih dalam dan membumi. Kepemimpinan baginya adalah bentuk pelayanan, pengendalian diri, dan kesetiaan pada nilai-nilai abadi.
Bagi Anda yang saat ini memimpin—apakah tim kecil, komunitas, organisasi, atau keluarga—pelajaran dari Marcus Aurelius bisa menjadi cahaya penuntun. Karena pada akhirnya, seperti yang ditulisnya: “The best revenge is to be unlike him who performed the injury.” Dalam kepemimpinan, balasan terbaik terhadap keburukan adalah keteladanan dalam kebaikan.