Menjadi Pemimpin yang Bijak: Inspirasi dari Marcus Aurelius

Marcus Aurelius Tokoh Populer Stoicism
Sumber :
  • Image Creator bing/Handoko

Marcus memahami bahwa menjadi kaisar bukanlah soal kekuasaan, tetapi soal tanggung jawab. Dalam Meditations, ia mengingatkan dirinya agar tidak larut dalam pujian atau kekuasaan. Ia lebih memilih menjadi pelayan rakyatnya, bukan penguasa yang arogan.

Chrysippus: Setiap Kesulitan adalah Ujian untuk Ketangguhan Pikiran; Hadapi dengan Kepala Dingin serta Hati yang Tabah

Pemimpin sejati bukanlah yang minta dilayani, tetapi yang melayani. Dalam konteks modern, ini berarti menjadi pemimpin yang rendah hati, terbuka pada kritik, dan fokus pada kepentingan bersama.

3.     Bijak dalam Menghadapi Perbedaan

John Sellars: Nilai Stoik sebagai Fondasi Hidup yang Layak Dijalani

Marcus menulis, “Be tolerant with others and strict with yourself.” Sebuah pesan sederhana namun dalam maknanya: sebagai pemimpin, kita harus penuh pengertian terhadap orang lain, tetapi disiplin terhadap diri sendiri.

Di era yang penuh perbedaan pandangan dan budaya, toleransi adalah kualitas yang sangat penting. Pemimpin bijak tahu bagaimana mendengar, memahami, dan menyatukan beragam suara demi tujuan bersama.

Massimo Pigliucci dan Pentingnya “Dikotomi Kendali” dalam Hidup Sehari-hari

4.     Fokus pada Apa yang Bisa Dikendalikan

Salah satu ajaran Stoik paling terkenal adalah membedakan antara hal-hal yang bisa kita kendalikan dan yang tidak. Marcus menulis, “You have power over your mind — not outside events. Realize this, and you will find strength.”

Halaman Selanjutnya
img_title