"Hidup yang Tidak Dikaji Tidak Layak Dijalani" – Plato dan Panggilan untuk Merefleksikan Kehidupan
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Dalam filsafat Plato, pemikiran tentang kehidupan yang penuh makna dan refleksi menjadi hal yang sangat penting. Dalam karyanya yang paling terkenal, The Republic, Plato mengajarkan bahwa kehidupan yang tidak diajukan untuk kajian dan perenungan tidak akan bisa memberikan makna yang sejati. Dengan kata lain, hidup yang tidak dikaji—hidup yang dilewati begitu saja tanpa refleksi—tidak layak untuk dijalani.
Filsafat Reflektif dalam Kehidupan
Plato menekankan bahwa setiap individu perlu mempertanyakan dirinya sendiri dan tujuan hidupnya. Dalam Apology, dia menggambarkan bagaimana Socrates, mentor Plato, terus mendorong warganya untuk memeriksa hidup mereka melalui cara berpikir yang kritis dan reflektif. Kata-kata legendaris Socrates yang berbunyi, “Hidup yang tidak dikaji tidak layak dijalani” bukan hanya sekadar ajakan untuk berpikir, melainkan juga sebuah panggilan untuk merenung lebih dalam tentang apa yang kita lakukan dan nilai-nilai yang kita anut dalam hidup.
Bagi Plato, hidup yang bermakna hanya bisa terwujud jika kita mengembangkan kebijaksanaan, mengerti keadilan, serta mencari kebenaran yang lebih tinggi melalui pendidikan dan pemikiran yang mendalam. Tanpa refleksi, kita hanya menjadi korban dari kebiasaan dan taklid pada nilai-nilai yang tidak pernah kita pertanyakan.
Filosofi Kebajikan sebagai Landasan Kehidupan
Dalam pandangan Plato, hidup yang dikaji adalah hidup yang mengutamakan kebajikan. Kebajikan, seperti keadilan, kebijaksanaan, dan keberanian, adalah nilai-nilai yang harus terus diasah dan diterapkan dalam setiap langkah hidup. Kebajikan yang sejati tidak hanya bertujuan untuk kepentingan pribadi, tetapi juga demi kebaikan masyarakat. Oleh karena itu, untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki, setiap individu perlu memahami arti hidup secara filosofis dan hidup sesuai dengan nilai-nilai kebajikan ini.
Relevansi Pemikiran Plato di Era Modern