Yoyok KOPITU, Tagar #KaburAjaDulu: Generasi Muda Skeptis, Pemerintah Harus Bertindak Sebelum Terlambat
- Handoko/Istimewa
Salah satu faktor utama yang membuat generasi muda merasa pesimis adalah kondisi ekonomi yang semakin sulit. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa meskipun angka kemiskinan mengalami penurunan dari 9,36% pada Maret 2023 menjadi 9,03% pada Maret 2024, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih mencapai 25,22 juta orang. (bps.go.id)
Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka juga mengalami penurunan dari 5,45% pada 2023 menjadi 4,82% pada Februari 2024. Namun, Yoyok menekankan bahwa angka ini tidak mencerminkan realitas di lapangan. Banyak lulusan perguruan tinggi yang kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak, sementara pekerja sektor informal masih mendominasi dengan pendapatan yang tidak menentu.
"Pengangguran tidak hanya soal angka statistik, tetapi bagaimana kenyataannya di lapangan. Banyak anak muda kita yang pintar dan berbakat, tetapi tidak mendapat kesempatan untuk berkembang di negerinya sendiri," ujar Yoyok.
Selain itu, kelas menengah juga semakin tertekan akibat berbagai kebijakan ekonomi yang kurang berpihak kepada mereka. Pajak dan pungutan yang semakin tinggi justru mempersempit ruang gerak masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Fenomena "Kabur Aja Dulu" dan Dampaknya terhadap Kewirausahaan
Fenomena #KaburAjaDulu menunjukkan bahwa semakin banyak generasi muda yang memilih untuk mencari peluang di luar negeri daripada membangun masa depan di tanah air. Hal ini disebabkan oleh minimnya ekosistem yang mendukung kewirausahaan serta kurangnya jaminan kesejahteraan di Indonesia.
"Jika kita terus membiarkan anak-anak muda kita pergi dan bekerja di luar negeri tanpa upaya menarik mereka kembali, kita akan kehilangan sumber daya manusia terbaik yang seharusnya bisa membangun bangsa ini," kata Yoyok.