Prabowo Luncurkan Danantara: Bagaimana Konsepsi dan Risiko Pengelolaan Aset Negara?
- viva.co.id
Jakarta, WISATA - Di tengah dinamika ekonomi global yang semakin kompleks, pemerintah Indonesia kembali menunjukkan tekadnya untuk mengoptimalkan potensi ekonomi nasional melalui inovasi pengelolaan aset negara. Peluncuran Danantara, lembaga investasi yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto, menjadi titik balik strategis dalam pengelolaan aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dengan nilai aset yang mencapai triliunan rupiah dan prospek investasi yang sangat ambisius, Danantara diharapkan dapat meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia. Namun, di balik segala potensi tersebut, tersimpan pula sejumlah risiko dan tantangan serius yang harus diantisipasi. Artikel ini mengulas secara mendalam konsepsi Danantara serta risiko pengelolaan aset negara, disertai dengan data statistik dan informasi real-time dari sumber terpercaya.
Latar Belakang dan Visi Pembentukan Danaantara
Peluncuran Danantara tidak terjadi dalam kekosongan. Konsep pengelolaan aset negara melalui lembaga investasi ini merupakan kelanjutan dari gagasan para pemikir ekonomi terdahulu, terutama ide inovatif Sumitro Djojohadikusumo pada akhir 1980-an. Sumitro pernah mengusulkan agar sekitar 1–5 persen laba BUMN dialokasikan untuk investasi nasional. Tujuannya adalah agar aset yang selama ini tersebar bisa dikelola secara terintegrasi, sehingga mampu menghasilkan pendapatan yang berkelanjutan serta mendorong pembangunan ekonomi jangka panjang.
Presiden Prabowo Subianto, yang juga dikenal sebagai penerus visi dan semangat reformasi ekonomi, mengambil langkah konkret untuk mewujudkan impian tersebut melalui Danantara. Peluncuran resmi yang dijadwalkan pada 24 Februari 2025 ini bertujuan untuk mengonsolidasikan aset dari beberapa BUMN utama, antara lain Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Pertamina, PLN, Telkom Indonesia, dan MIND ID. Menurut data dari Reuters, total nilai aset yang akan dikelola mencapai sekitar Rp14.715 triliun, atau setara dengan 900 miliar dolar AS. Angka ini menempatkan Danaantara sebagai salah satu lembaga investasi negara terbesar yang pernah ada di negara berkembang.
Konsepsi Pengelolaan Aset Negara Melalui Danantara
Danantara dirancang sebagai lembaga investasi negara yang mengadopsi prinsip-prinsip tata kelola modern dan transparansi tinggi. Konsep pengelolaan yang diusung menekankan integrasi aset, efisiensi operasional, dan inovasi teknologi untuk mendukung pengambilan keputusan investasi secara real-time. Dengan pendekatan ini, Danantara tidak hanya bertujuan mengelola aset secara pasif, melainkan aktif menciptakan nilai tambah melalui investasi di sektor-sektor strategis.
Model yang diusung Danantara terinspirasi oleh kesuksesan Temasek di Singapura, yang telah menunjukkan bahwa pengelolaan aset negara secara profesional dapat menarik investasi asing dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Danantara akan fokus pada sektor-sektor unggulan seperti energi terbarukan, manufaktur canggih, hilirisasi industri, dan produksi pangan. Strategi investasi ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi hingga mencapai target ambisius sebesar 8 persen per tahun dalam lima tahun mendatang, seperti yang diungkapkan oleh Financial Times.