Indonesia di Ambang Kejayaan atau Kemunduran? Menelaah Posisi Indonesia Melalui Teori Siklus Peradaban Ibnu Khaldun
- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA - Ibnu Khaldun, seorang pemikir besar dari dunia Islam, dikenal luas sebagai perintis teori tentang siklus peradaban yang menghubungkan naik turunnya sebuah peradaban dengan faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi. Teori siklus peradaban yang dipaparkannya dalam Muqaddimah menyatakan bahwa setiap peradaban atau bangsa akan melalui tiga fase utama: kelahiran, kejayaan, dan kejatuhan. Dalam setiap fase, faktor solidaritas sosial atau 'asabiyyah' memainkan peran penting sebagai kekuatan penggerak.
Jika kita menerapkan teori ini pada Indonesia, kita dapat menelaah di mana posisi Indonesia saat ini dalam siklus peradaban. Apakah Indonesia sedang berada di puncak kejayaan? Ataukah sudah mulai mengalami kemunduran seperti peradaban-peradaban besar yang jatuh karena korupsi, ketimpangan sosial, dan melemahnya nilai-nilai kebersamaan?
Fase Kelahiran: Semangat Persatuan dan Pembangunan
Setelah merdeka pada tahun 1945, Indonesia memasuki fase kelahiran. Dengan semangat gotong royong dan persatuan yang tinggi, para pendiri bangsa berjuang untuk membangun negara yang mandiri dan berdaulat. Semangat 'asabiyyah' atau solidaritas sosial sangat kuat, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan, mulai dari agresi militer asing, konflik internal, hingga kesulitan ekonomi.
Era ini ditandai dengan usaha-usaha membangun fondasi negara, baik dalam sistem pemerintahan, ekonomi, maupun infrastruktur. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Indonesia tetap bertahan dan mulai membangun identitas nasionalnya.
Fase Kejayaan: Pertumbuhan Ekonomi dan Stabilitas Politik
Indonesia memasuki fase kejayaan terutama pada era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Pada periode ini, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, ditandai dengan pembangunan infrastruktur besar-besaran, ekspansi sektor industri, dan meningkatnya stabilitas politik.