Marcus Aurelius: "Lakukan yang Benar, Selebihnya Tidak Penting" — Panduan Filsafat Stoik untuk Hidup Bermakna

Marcus Aurelius Tokoh Stoic
Sumber :
  • Traderu

Jakarta, WISATA — Di tengah derasnya arus informasi, opini publik yang memecah belah, serta tekanan sosial yang tak henti-hentinya, sebuah kutipan sederhana dari Marcus Aurelius—kaisar Romawi sekaligus filsuf Stoik besar—menggema lebih kuat dari sebelumnya: “Just that you do the right thing. The rest doesn’t matter.” Dalam Bahasa Indonesia: “Lakukan saja yang benar. Selebihnya tidak penting.”

John Sellars: Media Sosial Bisa Jadi Alat atau Racun, Apa yang Membuatnya Berbeda?

Kutipan ini bukan sekadar petuah klasik. Ini adalah prinsip dasar dari ajaran Stoikisme yang tetap relevan di abad ke-21: bahwa kebaikan sejati tidak diukur dari hasil, pengakuan, atau respons orang lain, melainkan dari keteguhan kita untuk melakukan hal yang benar—apapun risikonya.

Dalam artikel ini, kita akan mengurai makna filsafati dari kalimat Marcus Aurelius, relevansinya dengan dunia modern, serta bagaimana kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk menemukan ketenangan, makna, dan integritas diri.

John Sellars: Waktu Terbaik untuk Memperbaiki Diri Adalah Sekarang, Jangan Tunda Lagi!

Fokus pada Tindakan, Bukan Hasil

Ajaran Stoik mengajarkan bahwa kita tidak memiliki kendali atas hasil akhir dari tindakan kita, tetapi kita memiliki kendali penuh atas niat dan usaha. Bagi Marcus Aurelius, satu-satunya yang penting adalah melakukan hal yang benar—tidak peduli apakah orang akan menghargainya, mencemoohnya, atau bahkan mengabaikannya.

John Sellars: Kesadaran, Kunci Pembuka Pintu Kebebasan Sejati

Kebenaran yang dia maksud bukanlah sesuatu yang relatif atau bisa dinegosiasikan, melainkan tindakan yang selaras dengan nilai-nilai kebajikan: keadilan, keberanian, kebijaksanaan, dan pengendalian diri.

Dalam dunia modern, banyak dari kita terdorong untuk bertindak berdasarkan ekspektasi sosial, tekanan ekonomi, atau keinginan untuk diakui. Kita lupa bahwa integritas jauh lebih penting daripada pujian, dan bahwa hasil bukanlah ukuran utama keberhasilan moral.

Halaman Selanjutnya
img_title