Mengapa Kapitalisme dan Sosialisme Gagal? Pemikiran Ibnu Khaldun dan Ali Syariati Bisa Jadi Jawabannya
- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA - Saat ini, dunia masih terjebak dalam perdebatan panjang antara kapitalisme dan sosialisme. Kapitalisme sering dipuji karena kemampuannya menciptakan inovasi dan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dikritik karena ketimpangan ekonomi yang dihasilkannya. Sementara itu, sosialisme menawarkan pemerataan ekonomi dan keadilan sosial, tetapi dalam praktiknya sering gagal akibat birokrasi yang berlebihan dan kurangnya insentif bagi individu untuk berkembang.
Jauh sebelum perdebatan ini menjadi topik utama dalam politik dan ekonomi dunia, Ibnu Khaldun dan Ali Syariati sudah memberikan kritik tajam terhadap kedua sistem tersebut. Pemikiran mereka menawarkan perspektif yang berbeda dan bisa menjadi solusi atas krisis ekonomi yang terjadi saat ini.
Ibnu Khaldun dan Siklus Kejatuhan Ekonomi
Ibnu Khaldun adalah seorang pemikir dari abad ke-14 yang dikenal sebagai bapak sosiologi modern. Dalam karyanya Muqaddimah, ia menjelaskan bagaimana ekonomi, politik, dan masyarakat saling berkaitan. Salah satu konsep utamanya adalah siklus kehidupan peradaban. Ia mengatakan bahwa setiap negara atau dinasti akan mengalami fase kebangkitan, kejayaan, dan akhirnya kemunduran.
Dalam konteks ekonomi, Ibnu Khaldun menyoroti bagaimana pajak yang terlalu tinggi dapat menghancurkan pertumbuhan ekonomi. Saat pemerintah terlalu banyak menarik pajak dari masyarakat, orang-orang kehilangan motivasi untuk bekerja keras dan berinovasi. Ia percaya bahwa ekonomi yang sehat adalah ekonomi yang memberikan ruang bagi masyarakat untuk berkembang, tetapi tetap berada dalam regulasi yang adil.
Ia juga menolak kapitalisme yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan kesejahteraan sosial. Baginya, negara harus berperan dalam menjaga keseimbangan ekonomi, tetapi tidak boleh terlalu menekan masyarakat dengan regulasi yang berlebihan.
Ali Syariati dan Kritiknya terhadap Kapitalisme serta Sosialisme