Wawancara Eksklusif dengan Dr. Adhiguna Mahendra: Artificial Intelligence, Motor Penggerak Transformasi Digital Indonesi

Adhiguna Mahendra
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Etika dan Tata Kelola AI: Menjaga Jati Diri Bangsa

Dari Yunani ke Silicon Valley: Warisan Stoikisme Chrysippus dalam Teknologi

Meskipun AI menawarkan banyak peluang, Dr. Adhiguna mengingatkan bahwa teknologi ini juga membawa tantangan, terutama dalam hal etika dan tata kelola. “AI adalah alat yang luar biasa, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, ia dapat menciptakan tatanan moral baru yang mengancam nilai-nilai spiritual dan budaya kita,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya regulasi yang jelas dan berlandaskan nilai-nilai bangsa. “Riset dan implementasi AI harus didasarkan pada prinsip-prinsip etika yang kuat. Teknologi ini harus digunakan untuk memperkuat, bukan melemahkan, jati diri bangsa,” tambahnya.

Mengapa Pemikiran Chrysippus Masih Relevan di Era Digital?

Generative AI, misalnya, dapat digunakan untuk melestarikan budaya lokal dengan menciptakan materi edukasi tentang tradisi dan bahasa daerah. Namun, tanpa pengawasan yang memadai, teknologi ini juga dapat disalahgunakan untuk menyebarkan informasi yang salah atau merusak nilai-nilai sosial.

AI dalam Mendukung Pencapaian Asta Cita

Inovasi Lahir dari Kebutuhan: Menggali Makna Ungkapan Plato di Era Teknologi Modern

Dr. Adhiguna menegaskan bahwa AI adalah elemen kunci dalam mendukung pencapaian Asta Cita. Dengan menggunakan Big Data, Deep Learning, dan Generative AI, Indonesia dapat mempercepat transformasi di berbagai sektor.

Dalam bidang pemerintahan, AI dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi layanan publik melalui sistem otomatisasi. Di sektor industri, teknologi ini dapat membantu meningkatkan produktivitas dengan mengoptimalkan proses manufaktur. Sementara itu, dalam pendidikan, AI memungkinkan personalisasi pembelajaran yang lebih efektif.

Halaman Selanjutnya
img_title