Mengapa Pemikiran Chrysippus Masih Relevan di Era Digital?

Chrysippus
Sumber :
  • Cuplikan Layar

Jakarta, WISATA – Di tengah hiruk-pikuk era digital yang serba cepat dan penuh disrupsi, manusia modern kerap kehilangan arah dalam menghadapi tekanan sosial, banjir informasi, dan tuntutan produktivitas yang tidak ada habisnya. Dalam konteks inilah, ajaran Chrysippus—seorang filsuf Stoik dari abad ke-3 SM—menawarkan napas segar. Meski hidup lebih dari dua milenium yang lalu, pemikiran Chrysippus tentang logika, rasionalitas, dan pengendalian diri justru semakin relevan untuk zaman ini.

Zeno dari Citium: “Semua Hal Besar Dimulai dari Pengendalian atas Diri Sendiri”

Mengenal Chrysippus dan Warisannya

Chrysippus dari Soli dikenal sebagai arsitek utama dalam mengembangkan Stoikisme setelah Zeno dan Cleanthes. Ia menyumbangkan lebih dari 700 karya tulis, banyak di antaranya berfokus pada logika, etika, dan fisika. Walaupun sebagian besar tulisannya hilang, pengaruhnya tetap terasa kuat melalui kutipan dan interpretasi para filsuf sesudahnya, seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius.

Zeno dari Citium: “Keutamaan Bukan tentang Menjadi Sempurna, Tapi tentang Menjadi Lebih Baik dari Kemarin”

Pemikiran Chrysippus berakar pada keyakinan bahwa hidup harus dijalani sesuai dengan alam dan menggunakan rasio sebagai alat utama untuk memahami dan bertindak dalam dunia ini. Prinsip ini menjadi sangat penting dalam menghadapi tantangan era digital yang penuh dengan ketidakpastian dan impulsivitas.

Rasionalitas: Pilar Bertahan dalam Era Digital

Keteguhan Hati adalah Pondasi Semua Kebajikan: Pelajaran Abadi dari Zeno dari Citium

Salah satu pilar Stoikisme yang ditekankan Chrysippus adalah rasionalitas. Dalam dunia digital yang penuh dengan opini, berita palsu, dan manipulasi algoritma, kemampuan untuk berpikir kritis menjadi krusial. Chrysippus meyakini bahwa hanya dengan berpikir secara logis dan jernih, manusia bisa membedakan antara yang nyata dan semu, yang penting dan yang tidak.

Misalnya, dalam penggunaan media sosial, kita sering kali terbawa emosi oleh unggahan orang lain, merasa kurang, atau tergoda untuk mengejar validasi eksternal. Chrysippus akan mengingatkan kita bahwa emosi harus dikendalikan oleh akal, bukan sebaliknya. Dengan menggunakan rasionalitas, kita bisa menahan diri dari reaksi impulsif yang sering kali berujung pada penyesalan.

Halaman Selanjutnya
img_title