Albert Camus: “Kebutuhan untuk Selalu Benar adalah Tanda Pikiran yang Dangkal”
Minggu, 1 Juni 2025 - 03:15 WIB
Sumber :
- Cuplikan layar
Konsekuensi Sosial dari Sikap Ingin Selalu Benar
Jika sikap ingin selalu benar menjadi budaya, maka dampaknya bisa merusak. Dalam keluarga, ia melahirkan relasi yang tidak sehat. Dalam masyarakat, ia menciptakan polarisasi. Dalam politik, ia menghasilkan pemimpin yang otoriter dan antikritik.
Kita melihat banyak contoh di sekitar kita:
- Pemimpin yang enggan dikritik karena merasa selalu benar.
- Debat publik yang berubah menjadi adu ego.
- Diskusi ilmiah yang tidak lagi objektif, karena masing-masing pihak hanya ingin membuktikan dirinya paling benar.
Padahal, ruang untuk salah dan berubah pikiran adalah tanda masyarakat yang sehat dan dewasa.
Menjadi Benar Tanpa Perlu Membuktikannya
Camus memberi kita pelajaran penting: kita tidak harus membuktikan bahwa kita benar, setiap saat. Dalam banyak situasi, tidak membalas, tidak mendebat, atau bahkan diam, bisa menjadi pilihan yang lebih bijaksana.
Halaman Selanjutnya
Ada kalanya membiarkan orang lain berbicara dan mendengarkan pandangan berbeda jauh lebih memperkaya daripada ngotot mempertahankan argumen.