Dibalik Kemegahannya, Tembok Besar China Menyimpan Tangisan dan Pemberontakan
- Wikipedia
Jakarta, WISATA — Tembok Besar China telah lama dikenal sebagai salah satu pencapaian terbesar dalam sejarah arsitektur dan kekaisaran kuno. Berdiri megah membentang lebih dari 21.000 kilometer, tembok ini mengundang decak kagum jutaan wisatawan yang datang dari berbagai penjuru dunia. Namun di balik kemegahan batu-batu yang tertata rapi itu, tersimpan cerita kelam yang jarang terdengar: kisah tangisan rakyat jelata dan gelombang pemberontakan yang membayangi proyek ambisius ini.
Tak hanya sekadar simbol pertahanan, Tembok Besar adalah catatan abadi tentang bagaimana kekuasaan bisa membawa penderitaan jika tak disertai dengan kemanusiaan. Setiap langkah kaki yang menapaki tangga-temboknya sejatinya menapaki juga luka sejarah yang dalam.
Pembangunan yang Dibayar dengan Nyawa
Dimulai sejak abad ke-7 SM dan mencapai puncaknya pada masa Dinasti Qin dan Ming, pembangunan Tembok Besar China melibatkan jutaan pekerja—mayoritas adalah rakyat biasa, petani, narapidana, dan tahanan perang. Mereka dipaksa bekerja tanpa bayaran, dalam kondisi cuaca ekstrem, tanpa perlindungan yang memadai.
Tidak sedikit yang meninggal dunia karena kelelahan, kelaparan, penyakit, dan perlakuan kejam. Diperkirakan lebih dari satu juta orang kehilangan nyawa selama proses pembangunan. Banyak dari mereka bahkan tidak dimakamkan secara layak, melainkan dikubur langsung di sekitar atau di bawah tembok—menjadikan Tembok Besar dikenal sebagai “kuburan terpanjang di dunia”.