Siapa Sangka? Tembok Besar China Dibangun oleh Rakyat Jelata!

Tembok Besar China
Sumber :
  • Wikipedia

Jakarta, WISATA — Ketika kita membayangkan Tembok Besar China, yang terlintas di benak adalah sebuah bangunan raksasa yang dibangun oleh kekuatan besar kerajaan kuno. Namun siapa sangka, di balik kemegahan tembok yang membentang lebih dari 21.000 kilometer ini, berdiri jutaan tangan rakyat biasa yang bekerja tanpa pamrih, banyak di antaranya bahkan kehilangan nyawa demi proyek ambisius ini.

Wisata Budaya di China: Bertemu Pasukan Tanah Liat Legendaris di Xi’an

Tembok Besar China bukan hanya ikon kebanggaan nasional, tetapi juga monumen penderitaan rakyat kecil yang kerap terlupakan dalam lembaran sejarah. Mereka bukan insinyur atau bangsawan, melainkan petani, tahanan, buruh paksa, bahkan tawanan perang. Bangunan ini sejatinya adalah saksi nyata dari kerja keras, pengorbanan, dan ketabahan masyarakat Tiongkok kuno.

Dibangun oleh Keringat dan Air Mata

Legenda Cinta Tragis di Balik Tembok China yang Menggetarkan Hati

Pembangunan Tembok Besar dimulai sejak abad ke-7 SM, namun puncaknya terjadi pada masa Dinasti Qin (221–206 SM), ketika Kaisar Qin Shi Huang memerintahkan penyatuan tembok-tembok kecil milik kerajaan-kerajaan sebelumnya menjadi satu sistem pertahanan raksasa. Ribuan kilometer tembok dibangun secara serempak dengan menggunakan tenaga manusia yang sebagian besar tidak dibayar dan dipaksa bekerja.

Sebagian besar pekerjanya adalah rakyat jelata, termasuk petani yang direkrut paksa saat panen berakhir, serta para tahanan dan narapidana yang dikirim ke lokasi pembangunan sebagai bentuk hukuman. Mereka bekerja dalam kondisi ekstrem—di bawah terik matahari, angin gurun, dan medan pegunungan curam—dengan perlengkapan yang sangat minim.

Tembok China: Simbol Nasionalisme atau Lambang Penindasan?

Menurut catatan sejarah, hingga dua juta orang tewas selama proses pembangunan, baik karena kelelahan, penyakit, maupun kelaparan. Ironisnya, banyak dari mereka dikubur langsung di bawah fondasi tembok. Hal ini melahirkan julukan kelam: “Tembok Pemakan Nyawa”.

Sistem Kerja yang Kejam

Halaman Selanjutnya
img_title