Socrates: Antara Kebodohan dan Kecerdasan dalam Menolak Perubahan
- Image Creator/Handoko
Namun, kita juga melihat penolakan-penolakan terhadap teknologi baru, seperti kecemasan terhadap otomatisasi yang dianggap akan “menggantikan manusia,” atau penolakan terhadap sistem pembayaran digital karena dianggap terlalu rumit. Reaksi ini sering kali muncul dari ketidaktahuan, tapi juga kadang dari pemikiran kritis atas risiko yang mungkin terjadi.
Membangun Kecerdasan Adaptif
Kutipan Socrates juga menjadi pengingat bahwa kecerdasan bukan hanya tentang kemampuan logika, tapi juga kemampuan untuk memahami kapan harus berubah dan kapan harus bertahan. Dalam hal ini, kita perlu membangun kecerdasan adaptif — kemampuan untuk terus belajar, menganalisis situasi, dan merespons perubahan dengan tepat.
Orang yang adaptif tidak asal mengikuti arus, tapi juga tidak menolak arus tanpa alasan. Ia terbuka terhadap gagasan baru, tapi tetap menggunakan akal sehat untuk menilai nilai dan risiko dari setiap perubahan.
Menolak Perubahan Bukan Selalu Buruk
Penting juga dipahami bahwa tidak semua perubahan harus diikuti. Dalam beberapa kasus, mempertahankan nilai lama bisa menjadi bentuk kebijaksanaan. Seperti menjaga integritas dalam dunia bisnis yang semakin pragmatis, atau tetap menjunjung etika dalam dunia media sosial yang semakin permisif.
Namun, penolakan ini harus dilandasi oleh pemahaman yang matang, bukan oleh rasa takut atau kebodohan. Jika kita memilih untuk tidak berubah, pastikan keputusan itu berdasarkan analisis yang rasional, bukan karena kita tidak mau belajar atau terlalu nyaman di zona lama.