Socrates: Antara Kebodohan dan Kecerdasan dalam Menolak Perubahan

Socrates
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Sebagai contoh, seorang ilmuwan yang telah memahami prinsip dasar fisika klasik mungkin menolak konsep baru yang belum teruji secara empiris. Ia menuntut bukti, metode, dan konsistensi logika. Dalam hal ini, penolakannya bukan bentuk stagnasi, melainkan bentuk kehati-hatian intelektual.

Socrates dan Pernikahan: Antara Kebahagiaan dan Filsafat

Namun, bedanya adalah: orang yang cerdas terbuka terhadap dialog dan argumentasi. Ia tidak menutup diri, melainkan menunggu waktu yang tepat untuk berubah — saat ia benar-benar yakin bahwa perubahan tersebut lebih baik.

Dimana Posisi Kita?

Socrates dan Dilema Pernikahan: Menikah atau Membujang, Pasti Menyesal?

Mayoritas manusia berada di antara dua kutub ekstrem ini. Kita bukan orang yang benar-benar bodoh, tapi juga belum tentu mencapai tingkat kecerdasan tertinggi. Maka tugas kita adalah belajar dari keduanya: jangan menolak perubahan karena ketidaktahuan, tapi juga jangan menyambut perubahan secara buta tanpa memahami konsekuensinya.

Adaptasi menjadi kunci. Dunia bergerak begitu cepat — dari teknologi, ekonomi, hingga budaya. Mereka yang mampu menyesuaikan diri dengan tetap menjaga prinsip dan akal sehat akan lebih mungkin bertahan dan berkembang.

Socrates dan Air Mata Perempuan: Antara Filosofi, Bias, dan Pemahaman Emosional

Perubahan dan Dunia Modern

Di era digital saat ini, kita disuguhkan dengan perubahan yang berlangsung hampir setiap hari. Kecerdasan buatan, teknologi blockchain, transformasi industri, hingga cara kita berinteraksi sosial telah bergeser drastis. Perusahaan yang gagal beradaptasi tenggelam, sementara mereka yang gesit mengambil peluang justru melesat.

Halaman Selanjutnya
img_title