Apakah Tuhan Ada di Dalam Waktu? Tafsir Agustinus yang Mengubah Filsafat Selamanya

Agustinus dari Hippo (354–430 M)
Sumber :
  • Image Creator Grok /Handoko

Dengan pendekatan ini, Agustinus menekankan bahwa waktu adalah sesuatu yang terjadi di dalam jiwa. Kita mengukur waktu karena kita mengalaminya secara psikologis. Ini adalah pemikiran yang jauh mendahului zamannya dan memberi pengaruh besar pada filsafat modern, bahkan hingga ke gagasan-gagasan Saint Augustine yang kemudian dirujuk oleh Henri Bergson dan Martin Heidegger.

Albert Camus: “When the Soul Suffers Too Much, It Develops a Taste for Misfortune”

Tuhan dan Ketakterikatan terhadap Waktu

Setelah menjabarkan tentang waktu sebagai fenomena subjektif manusia, Agustinus membawa pertanyaannya ke ranah teologi: apakah Tuhan juga terikat oleh waktu sebagaimana manusia?

Albert Camus: “Peace Is the Only Battle Worth Waging” — Mengangkat Nilai Perdamaian dalam Dunia yang Penuh Kekerasan

Jawaban Agustinus tegas: tidak. Tuhan berada di luar waktu, dalam kekekalan. Ia tidak mengenal masa lalu maupun masa depan seperti manusia, karena bagi Tuhan, segala sesuatu “selalu kini”. Kekinian Tuhan adalah kekekalan yang tidak berubah—yang tidak bergerak dari satu momen ke momen lainnya.

Di sinilah letak pemikiran Agustinus yang revolusioner. Ia menolak anggapan bahwa Tuhan adalah bagian dari alur waktu yang berjalan. Sebaliknya, waktu adalah ciptaan Tuhan, dan karena itu Tuhan lebih dahulu ada daripada waktu itu sendiri.

Albert Camus: “Man Is the Only Creature Who Refuses to Be What He Is” — Pemberontakan Abadi dalam Diri Manusia

Waktu sebagai Ciptaan: Konsep yang Mengubah Dunia

Gagasan bahwa waktu adalah ciptaan, bukan entitas yang kekal, adalah sebuah terobosan besar. Agustinus menyatakan bahwa waktu mulai ada ketika alam semesta diciptakan. Maka dari itu, tidak ada “sebelum” penciptaan, karena waktu belum ada. Ini adalah titik penting dalam menjawab pertanyaan klasik seperti: “Apa yang Tuhan lakukan sebelum menciptakan dunia?”

Halaman Selanjutnya
img_title