Albert Camus: “Peace Is the Only Battle Worth Waging” — Mengangkat Nilai Perdamaian dalam Dunia yang Penuh Kekerasan

Albert Camus
Sumber :
  • Cuplikan layar

"Peace is the only battle worth waging."
Albert Camus

Thus Spoke Zarathustra: Panduan Menjadi Manusia Unggul di Era Modern

Jakarta, WISATA - Di tengah sejarah panjang peperangan, konflik ideologi, perpecahan politik, dan pertumpahan darah yang tak pernah berhenti, kutipan singkat dari Albert Camus ini menggema bagaikan suara nurani yang jernih: perdamaian adalah satu-satunya pertempuran yang layak diperjuangkan.

Camus bukanlah filsuf yang berbicara dari menara gading. Ia adalah penulis, jurnalis, dan pemikir yang hidup dalam zaman kekacauan — Perang Dunia, penjajahan, dan ketegangan ideologis antara Timur dan Barat. Ia menyaksikan bagaimana kekerasan dikemas sebagai kebajikan, bagaimana manusia menjustifikasi pembunuhan demi "kebaikan yang lebih besar", dan bagaimana kebencian diwariskan lintas generasi.

Epictetus: Jangan Lupa, Dia Tetap Saudaramu

Di tengah semua itu, Camus justru mengajak kita untuk melihat ke arah yang berbeda. Ia menyodorkan pandangan bahwa hanya perdamaian yang pantas diperjuangkan — bukan karena mudah, melainkan karena paling manusiawi.

Makna Perang untuk Perdamaian

Thus Spoke Zarathustra: Buku yang Mengguncang Dunia Filsafat Modern

Camus memakai kata “battle” atau “pertempuran” dalam kutipan tersebut. Ironisnya, untuk memperjuangkan perdamaian, manusia sering kali harus “berperang”. Namun “perang” di sini bukan dalam arti kekerasan fisik, melainkan perjuangan melawan kebencian, balas dendam, intoleransi, dan ketidakadilan struktural.

Perjuangan demi perdamaian tidak mudah, karena ia menuntut kedewasaan moral, kesabaran panjang, dan keberanian untuk memaafkan. Ia menuntut kita untuk berhenti melihat musuh sebagai sesuatu yang harus dimusnahkan, dan mulai memandangnya sebagai sesama manusia yang bisa diajak berdialog.

Halaman Selanjutnya
img_title