Epikuros: Keinginan yang Tidak Perlu Adalah Akar dari Penderitaan Manusia

Epikuros (341–270 SM)
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA – “Keinginan yang tidak perlu adalah sumber utama dari penderitaan.” Kalimat sederhana namun sangat tajam ini datang dari Epikuros, filsuf besar dari zaman Yunani Kuno yang ajarannya masih relevan dalam menghadapi kompleksitas kehidupan modern saat ini.

“Orang Bijak Tidak Mengeluh atas Apa yang Tidak Dimilikinya, Tapi Bersyukur atas Apa yang Dimilikinya” – Epictetus

Dalam dunia yang semakin materialistik, manusia terus-menerus dibombardir oleh berbagai kebutuhan artifisial—mulai dari barang mewah, gaya hidup kelas atas, hingga eksistensi digital yang dipenuhi pencitraan. Namun ironisnya, di tengah kelimpahan itu, banyak orang justru merasa kosong, gelisah, dan tidak bahagia. Epikuros, lebih dari dua ribu tahun yang lalu, sudah memberikan jawaban yang tepat untuk fenomena ini: penderitaan berasal dari keinginan yang tidak perlu.

Menyaring Keinginan: Kebutuhan atau Sekadar Keinginan?

50 Kutipan Terbaik Seneca yang Menjadi Sumber Inspirasi Hingga Era Modern

Epikuros membedakan antara tiga jenis keinginan: keinginan alami dan perlu (seperti makan, minum, dan tempat tinggal), keinginan alami namun tidak perlu (seperti makanan lezat), dan keinginan tidak alami dan tidak perlu (seperti ketenaran, kekuasaan, dan kemewahan). Baginya, hanya keinginan yang pertama yang perlu dipenuhi untuk mencapai kebahagiaan dan ketenangan batin.

Keinginan yang tidak perlu sering kali justru menjebak manusia dalam siklus yang tak berujung. Setelah satu keinginan tercapai, muncul keinginan lainnya, dan begitu seterusnya. Keinginan ini menciptakan harapan yang tinggi dan tekanan untuk mencapainya, yang pada akhirnya melahirkan stres, iri hati, kegelisahan, bahkan depresi.

“Latihlah Dirimu dalam Hal-Hal Kecil, Sebelum Kamu Menghadapi yang Besar” – Strategi Stoik Epictetus untuk Hidup Tangguh

Gaya Hidup Modern dan Perangkap Konsumerisme

Di era media sosial, gaya hidup glamor sering kali menjadi tolok ukur keberhasilan. Banyak orang berlomba-lomba untuk tampil sempurna, memiliki mobil mewah, berlibur ke tempat eksotis, atau membeli barang-barang mahal meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan. Namun, semua ini sering kali tidak memberi kepuasan jangka panjang.

Halaman Selanjutnya
img_title