Ketika Timur dan Barat Bertemu: Dialog Filsafat antara René Descartes dan Al-Farabi tentang Akal, Tuhan, dan Kebenaran

René Descartes dan Al-Farabi
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jalan Menuju Kebenaran: Keraguan atau Keselarasan Kosmis?

Chrysippus: Setiap Kesulitan adalah Ujian untuk Ketangguhan Pikiran; Hadapi dengan Kepala Dingin serta Hati yang Tabah

Descartes menggunakan keraguan sebagai metode. Ia membongkar segala kepercayaan untuk membangun pengetahuan baru dari dasar yang paling pasti. Inilah yang disebutnya sebagai keraguan metodis.

Al-Farabi tidak memulai dari keraguan. Ia justru membangun pengetahuan dalam kerangka harmoni universal—dari Tuhan, ke alam akal, lalu turun ke dunia fisik. Tidak ada dekonstruksi dalam filsafatnya, melainkan sintesis dan tatanan.

Chrysippus: "Rasionalitas adalah Cahaya yang Menuntun Langkah Kita di Tengah Kegelapan Nafsu"

Jika Descartes adalah pembangun rumah filsafat dari batu pertama, Al-Farabi adalah arsitek yang menyatukan warisan Timur dan Barat ke dalam satu bangunan megah yang menyeluruh.

Keduanya Mengajarkan Kita Hal yang Sama: Berpikir adalah Tindakan Spiritual

Saat Filsafat Timur dan Barat Bertemu: Refleksi Madilog untuk Dunia yang Terhubung

Apa yang bisa kita pelajari dari dialog filsafat ini? Bahwa baik Descartes maupun Al-Farabi percaya, berpikir bukan hanya tindakan intelektual, tapi juga tindakan spiritual dan moral. Akal tidak hanya membawa kita pada kebenaran, tetapi juga pada kebajikan dan keadilan.

Filsafat mereka adalah pengingat, bahwa di tengah dunia yang penuh kebisingan, berpikir jernih dan mencari kebenaran tetaplah tindakan paling radikal dan mulia.