Ketika Timur dan Barat Bertemu: Dialog Filsafat antara René Descartes dan Al-Farabi tentang Akal, Tuhan, dan Kebenaran

René Descartes dan Al-Farabi
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Descartes memerlukan Tuhan untuk menyelamatkan akal dari jebakan tipuan. Menurutnya, Tuhan adalah jaminan bahwa pikiran manusia tidak sedang disesatkan oleh kekuatan jahat. Tuhan memastikan bahwa hukum-hukum logika yang digunakan manusia dapat dipercaya.

Epictetus: Kebohongan Itu Mudah, Tapi Tetap Tidak Bermoral

Di sisi lain, Al-Farabi menempatkan Tuhan sebagai awal dari segala wujud, dari mana semua realitas mengalir. Bagi Al-Farabi, Tuhan bukan hanya penjamin logika, tapi sumber kebaikan, keindahan, dan tatanan dunia.

Descartes memerlukan Tuhan agar manusia dapat berpikir dengan benar. Al-Farabi menjadikan Tuhan sebagai poros bagi seluruh tatanan moral, sosial, dan metafisik.

Seneca: Waktu Adalah Pengungkap Kebenaran Sejati

Masyarakat Ideal: Jalan Kesalehan Individual atau Kota yang Berpijak pada Kebajikan?

Filsafat Descartes tidak banyak berbicara soal masyarakat. Ia lebih menekankan kesalehan individual melalui rasio, menjadikan pikiran pribadi sebagai pusat pembentukan etika.

Kisah Para Sufi: Hujjatul Islam, Ketika Al-Ghazali Membuktikan Ruh Lebih Dalam dari Logika

Berbeda dengan itu, Al-Farabi memimpikan sebuah masyarakat yang adil dan tercerahkan dalam konsep Al-Madina Al-Fadila (Kota Utama). Dalam kota ini, pemimpin ideal adalah seorang filsuf yang telah menyatu dengan akal aktif, menjadikan kebijaksanaan dan spiritualitas sebagai fondasi kepemimpinan.

Descartes menekankan transformasi diri, sementara Al-Farabi berbicara tentang transformasi masyarakat.

Halaman Selanjutnya
img_title