Ryan Holiday dan ‘Stillness Is the Key: Rahasia Menemukan Kedamaian di Tengah Kesibukan Hidup
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Di era digital yang serba cepat, di mana notifikasi tak henti berbunyi, media sosial mendominasi waktu luang, dan tuntutan hidup semakin tinggi, kedamaian sering kali terasa seperti kemewahan yang sulit dijangkau. Banyak orang terjebak dalam ritme hidup yang sibuk tanpa menyadari bahwa ketenangan adalah kunci untuk berpikir jernih, mengambil keputusan yang lebih baik, dan menjalani hidup yang lebih bermakna.
Ryan Holiday, seorang penulis dan pemikir modern yang dikenal dengan karyanya tentang filosofi Stoicisme, membawa perspektif baru tentang bagaimana kita dapat menemukan kedamaian di dunia yang penuh gangguan. Melalui bukunya Stillness Is the Key, ia menawarkan panduan praktis untuk menciptakan ruang ketenangan di tengah hiruk-pikuk kehidupan.
Tapi, siapa sebenarnya Ryan Holiday? Mengapa konsep “ketenangan” ini begitu penting dalam kehidupan kita? Dan bagaimana kita bisa menerapkan ajaran dari Stillness Is the Key dalam keseharian kita? Mari kita telusuri lebih dalam.
Ryan Holiday: Dari Pemasar Handal ke Filosof Modern
Ryan Holiday bukanlah filsuf dalam pengertian tradisional, tetapi ia telah mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk mempelajari dan menerapkan kebijaksanaan kuno dalam konteks modern.
Lahir pada 16 Juni 1987, Holiday memulai kariernya di dunia pemasaran dan bekerja untuk perusahaan terkenal seperti American Apparel. Namun, ketertarikannya pada filosofi Stoicisme membawa perubahan besar dalam hidupnya. Ia mulai menulis buku-buku yang menghubungkan prinsip-prinsip filsafat kuno dengan tantangan kehidupan modern.
Beberapa bukunya yang terkenal antara lain The Obstacle Is the Way, Ego Is the Enemy, dan tentu saja, Stillness Is the Key. Dalam setiap bukunya, Holiday memberikan perspektif baru tentang bagaimana kita bisa mengelola diri di tengah tekanan dan ketidakpastian hidup.
Mengapa Ketenangan Begitu Penting?
Di dunia yang terus bergerak cepat, banyak orang merasa cemas, stres, dan kelelahan. Kita sering kali terjebak dalam lingkaran kerja yang tiada habisnya, mengejar validasi dari media sosial, atau terganggu oleh berita negatif yang terus-menerus menghantui kita.
