Tim Arkeologi dan Antropologi Temukan Penerbang AS yang Hilang di Perang Dunia II 80 Tahun Kemudian

Pesawat Tempur P-38
Sumber :
  • archaeologymag.com

Malang, WISATA – Dalam sebuah penemuan yang luar biasa, Cranfield Forensic Institute, bekerja sama dengan Defense POW/MIA Accounting Agency (DPAA), telah berhasil mengidentifikasi jenazah Letnan Dua Allan W. Knepper, seorang pilot Angkatan Udara Amerika Serikat yang hilang saat bertugas selama Perang Dunia II. Penemuan dan identifikasi jenazah Knepper, yang hilang selama lebih dari 80 tahun, dilakukan di dekat Caltagirone, Sisilia, tempat pesawatnya ditembak jatuh selama invasi Sekutu ke Sisilia pada tahun 1943. 

'Bunker Horor' Perang Dunia II dari Unit 731 yang Terkenal Ditemukan di Tiongkok

Pada 10 Juli 1943, Letnan Dua Allan W. Knepper, 27 tahun, lepas landas dari pangkalan di Tunisia dengan pesawat P-38 Lightning miliknya sebagai bagian dari misi untuk mendukung pendaratan pantai Angkatan Darat AS di Sisilia. P-38, pesawat tempur-pembom bermesin ganda dan berkursi tunggal, memainkan peran penting dalam berbagai operasi tempur udara selama Perang Dunia II. Skuadron Knepper ditugaskan untuk menyerang pasukan Poros di Caltagirone untuk menghalangi pergerakan mereka dan melindungi pasukan Sekutu yang mendarat di pantai. 

Saat skuadron Knepper mendekati target, mereka menghadapi tembakan antipesawat yang hebat dari pasukan Poros. Menurut keterangan pilot lain, pesawat Knepper tertembak dan jatuh ke tanah. Tidak ada bukti adanya parasut yang dikerahkan, sehingga muncul asumsi bahwa Knepper masih berada di dalam pesawat saat jatuh. Akibatnya, ia dinyatakan hilang dalam pertempuran. 

Review Pachinko 2 Ep 1: Perjuangan Ibu Tunggal Kim Min-Ha di Tengah Perang sungguh Mengerikan

Selama beberapa dekade, lokasi jatuhnya pesawat Knepper tidak diketahui. Namun, para peneliti di DPAA membuat terobosan dalam penyelidikan mereka ketika mereka menemukan laporan Jerman dari 10 Juli 1943. Laporan ini merinci bahwa dua pesawat P-38 telah ditembak jatuh dan jatuh di sebelah barat Caltagirone, Sisilia, yang bertentangan dengan laporan awal yang menunjukkan lokasi yang lebih dekat ke Palagonia. Informasi penting ini mengarahkan tim arkeologi ke area yang tepat untuk penyelidikan lebih lanjut. 

Antara tahun 2015 dan 2023, tim arkeolog dan peneliti dari DPAA, Universitas Cranfield, dan beberapa organisasi mitra, termasuk Universitas Illinois, American Veterans Archaeological Recovery, dan Geoscope Services Limited, melakukan penelitian, investigasi, dan penggalian ekstensif di lokasi yang diduga sebagai lokasi jatuhnya pesawat. Upaya tersebut dipimpin oleh Dr. David Errickson, Dosen Senior Arkeologi dan Antropologi di Institut Forensik Universitas Cranfield. Dr. Errickson menggambarkan proses cermat yang terlibat dalam menemukan dan mengidentifikasi reruntuhan pesawat. “Kami mulai menggunakan metode seperti deteksi logam,” jelasnya, “Bahkan ada tanda-tanda di tanah yang dapat diidentifikasi. Misalnya, jika sebuah pesawat terbakar saat terjadi benturan, Anda masih dapat menemukan jejaknya di bumi beberapa dekade kemudian. 

Upaya Temukan Penerbang Pesawat Pengebom B-17 yang Hilang pada PD II di Inggris Libatkan Arkeolog

Setelah lokasi jatuhnya pesawat diketahui, tim tersebut dengan hati-hati menggali area tersebut, menemukan pecahan-pecahan pesawat dan bukti material lainnya. Dr. Errickson menekankan pentingnya mengidentifikasi bagian-bagian tertentu dari pesawat, seperti pelat data atau pelat panggilan radio, untuk memastikan mereka telah menemukan pesawat yang tepat. “Secara komparatif, banyak P-38 Lightning jatuh di daratan Italia dan Sisilia. Itu berarti Anda perlu mencoba dan menemukan pecahan-pecahan seperti pelat data atau pelat panggilan radio untuk memastikan bahwa Anda telah menemukan pesawat yang Anda cari,” ungkapnya. 

Proses pemulihan sering kali rumit dan memakan waktu, terutama saat menangani situs bersejarah yang telah mengalami perubahan lanskap yang signifikan selama beberapa dekade. “Semua yang ditemukan di lokasi kecelakaan harus dicatat dengan cermat dan diserahkan kepada otoritas setempat, dalam hal ini, polisi Italia yang kemudian akan menyerahkan bukti tersebut ke Kedutaan Besar AS atau langsung ke laboratorium DPAA untuk analisis dan identifikasi DNA,” jelas Dr. Errickson. 

Halaman Selanjutnya
img_title