Proyek Manhattan: Upaya Rahasia yang Melahirkan Senjata Pemusnah Massal Pertama
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Perang Dunia II menjadi saksi dari salah satu momen paling monumental dalam sejarah sains dan teknologi. Di tengah perlombaan untuk mengembangkan senjata paling mematikan, Proyek Manhattan muncul sebagai simbol puncak kecerdasan manusia sekaligus dilema moral yang besar. Proyek ini tidak hanya mengubah jalannya perang tetapi juga membuka pintu bagi era senjata nuklir yang hingga kini masih menjadi isu global.
Awal Mula Ide Proyek Manhattan
Gagasan untuk menciptakan senjata nuklir berawal dari ketakutan akan kemungkinan Jerman Nazi mengembangkan teknologi yang sama terlebih dahulu. Pada tahun 1939, Albert Einstein dan fisikawan Hongaria Leó Szilárd menulis surat kepada Presiden Franklin D. Roosevelt, memperingatkan potensi pengembangan senjata nuklir oleh Nazi. Surat ini dikenal sebagai Einstein-Szilard Letter, yang menjadi pemicu awal pemerintah Amerika Serikat untuk mengambil langkah konkret.
Pada tahun 1942, Proyek Manhattan resmi dimulai. Proyek ini dinamai berdasarkan kantor administrasi awalnya yang berada di Manhattan, New York. Proyek tersebut dipimpin oleh Jenderal Leslie Groves sebagai kepala militer dan J. Robert Oppenheimer sebagai direktur ilmiah. Dengan dukungan anggaran lebih dari 2 miliar dolar AS (setara dengan lebih dari 30 miliar dolar AS saat ini), proyek ini melibatkan lebih dari 130.000 orang, termasuk ilmuwan terkemuka dari seluruh dunia.
Los Alamos: Pusat Inovasi Nuklir
Sebagai pusat penelitian utama Proyek Manhattan, Los Alamos, New Mexico, menjadi tempat berkumpulnya para ilmuwan paling brilian. Di bawah kepemimpinan J. Robert Oppenheimer, tim ilmiah bekerja tanpa lelah untuk mengembangkan bom atom pertama di dunia.
Beberapa tokoh penting yang terlibat meliputi: