Dari Yunani Kuno ke Era Digital: Bagaimana Kaum Sofis Mempengaruhi Politik Modern
- Image Creator Grok/Handoko
Studi Kasus: Donald Trump dan Narendra Modi
Donald Trump merupakan contoh nyata penggunaan retorika populis yang efektif. Kampanye Trump pada pemilu 2016 mengandalkan slogan "Make America Great Again" yang sederhana namun penuh emosi. Strategi ini berhasil menarik dukungan dari segmen pemilih yang merasa terpinggirkan oleh elite politik tradisional. Meskipun banyak klaim yang dilontarkan oleh Trump tidak selalu didukung oleh data faktual, cara penyampaian yang persuasif dan emotif berhasil mengubah persepsi publik.
Di India, Narendra Modi menggunakan strategi serupa dengan slogan "Sabka Saath, Sabka Vikas" (Bersama Semua, Pembangunan untuk Semua). Modi menggabungkan retorika nasionalisme dengan janji-janji reformasi ekonomi, yang dibalut dengan bahasa yang mudah dimengerti dan menggugah emosi. Media sosial menjadi alat utama bagi Modi dalam menyebarkan pesan-pesannya, memungkinkan ia untuk meraih dukungan luas dari masyarakat India. Walaupun pendekatan ini kadang-kadang menuai kritik karena dianggap menyederhanakan isu-isu kompleks, tak dapat dipungkiri bahwa retorika populis yang diadaptasi dari prinsip sofisme telah menjadi salah satu kunci kesuksesan kampanye politiknya.
Pengaruh Sofisme dalam Politik Global
Retorika yang terinspirasi dari sofisme tidak hanya memengaruhi politik di Amerika Serikat dan India, tetapi juga menyebar ke berbagai belahan dunia. Di Eropa, retorika populis digunakan oleh partai-partai politik untuk menarik pemilih yang merasa tidak terwakili oleh sistem politik konvensional. Di Asia Tenggara, strategi komunikasi serupa juga diterapkan dalam pemilihan umum, seperti yang terlihat di Indonesia dan Filipina.
Fenomena post-truth atau "kebenaran pasca" semakin memperjelas bahwa dalam era informasi digital, retorika dan persuasi sering kali mengalahkan fakta objektif. Menurut laporan Reuters Institute Digital News Report (2024), lebih dari 60% pengguna internet global merasa kesulitan membedakan antara fakta dan opini dalam berita yang mereka terima. Hal ini menunjukkan bahwa teknik sofis, yang mengutamakan persuasi melalui bahasa, telah berevolusi dan menjadi bagian integral dari cara kita mengonsumsi informasi politik.
Tantangan dan Peluang di Era Digital