Miskin Tapi Hedon? Fenomena Lipstick Effect di Tengah Lesunya Ekonomi Indonesia
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang terpuruk, banyak orang merasa terjebak dalam dilema keuangan. Inflasi tinggi, harga barang kebutuhan pokok meroket, sementara daya beli masyarakat semakin menurun. Namun, yang menarik, meskipun banyak yang merasa kesulitan, belanja untuk produk-produk tertentu, terutama barang-barang yang bersifat “hiburan” dan meningkatkan gaya hidup, tetap menjadi prioritas. Fenomena ini dikenal dengan nama Lipstick Effect.
Apa itu Lipstick Effect?
Lipstick Effect adalah sebuah teori yang menjelaskan bahwa ketika terjadi resesi ekonomi atau kesulitan finansial, orang cenderung mengurangi pengeluaran untuk barang-barang besar seperti mobil atau rumah, tetapi tetap akan menghabiskan uang untuk produk yang lebih kecil dan terjangkau, seperti lipstik atau kosmetik. Intinya, orang masih ingin merasa bahagia dan menunjukkan bahwa mereka memiliki kualitas hidup yang baik, meskipun mereka harus lebih berhati-hati dalam pengelolaan keuangan.
Teori ini pertama kali ditemukan oleh Leonard Lauder, CEO dari Estée Lauder, yang menyebut bahwa saat terjadi resesi, penjualan produk kecantikan, terutama lipstik, justru meningkat. Hal ini terjadi karena masyarakat ingin merasakan kenikmatan kecil meski di tengah situasi yang penuh ketidakpastian. Fenomena ini tidak hanya terjadi di negara-negara Barat, tetapi juga bisa dilihat di Indonesia.
Lipstick Effect di Indonesia
Di Indonesia, fenomena Lipstick Effect semakin terlihat jelas dalam beberapa tahun terakhir, terutama saat krisis ekonomi global melanda. Meskipun ada banyak orang yang tertekan oleh inflasi dan pengangguran, pengeluaran untuk gaya hidup, hiburan, dan barang-barang konsumsi tetap mengalami lonjakan. Salah satu contohnya adalah sektor pariwisata dan hiburan.
Sektor Pariwisata dan Hiburan: Berlibur di Tengah Krisis