Donald Robertson dan Stoikisme Modern: Seni Mengelola Emosi dengan Bijak di Era Penuh Tekanan
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Di tengah dunia yang serba cepat, penuh tekanan, dan tidak jarang membuat kita kewalahan dengan emosi, muncul sebuah filosofi kuno yang kembali relevan—Stoikisme. Meski sudah berumur lebih dari 2.000 tahun, filosofi ini justru menemukan tempatnya di zaman modern, terutama berkat figur seperti Donald Robertson, seorang psikoterapis kognitif dan penulis yang menjadi jembatan antara ajaran kuno Stoikisme dan tantangan kehidupan masa kini.
Mungkin kita sering bertanya, bagaimana cara mengatasi kemarahan yang tiba-tiba meledak, kecemasan yang tak kunjung reda, atau perasaan kecewa yang terus menghantui? Donald Robertson punya jawabannya: bukan dengan melarikan diri dari emosi tersebut, tetapi menghadapinya dengan kebijaksanaan. Filosofi Stoikisme yang ia ajarkan bukan tentang menjadi "dingin" atau tidak peduli, melainkan tentang mengelola emosi dengan cara yang sehat dan rasional.
Mengenal Donald Robertson: Dari Psikoterapi ke Filosofi Stoikisme
Donald Robertson bukanlah filsuf akademis seperti para tokoh Yunani kuno. Ia adalah seorang psikoterapis kognitif yang memiliki pengalaman puluhan tahun dalam membantu orang menghadapi kecemasan, depresi, dan stres. Pengalamannya dalam dunia psikologi modern memberinya perspektif unik saat ia menemukan Stoikisme—sebuah filosofi yang ternyata memiliki banyak kesamaan dengan teknik terapi kognitif yang ia gunakan di ruang praktiknya.
Robertson menemukan bahwa banyak ajaran Stoikisme, khususnya dari tokoh-tokoh seperti Marcus Aurelius, Epictetus, dan Seneca, memiliki prinsip yang sangat relevan untuk membantu orang mengelola emosi mereka. Ia kemudian menulis buku-buku terkenal seperti “How to Think Like a Roman Emperor” yang dengan cerdas menghubungkan pemikiran Marcus Aurelius dengan teknik psikologi modern.
Apa yang membuat pendekatannya menarik adalah kemampuannya untuk membumikan konsep Stoikisme, menjadikannya mudah dipahami dan langsung bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apa Itu Stoikisme? Lebih dari Sekadar “Tetap Tenang”