Belajar dari Kasus "Fufufafa": Media Sosial Tidak Lagi Sepenuhnya Dikendalikan Politisi

Bijak Menggunakan Media Sosial
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Fenomena di dunia digital kini memperlihatkan bagaimana media sosial tidak lagi sepenuhnya menjadi alat kendali para politisi atau figur publik untuk membangun citra mereka. Kasus "Fufufafa", di mana netizen dengan cepat membongkar narasi yang dibangun, menjadi salah satu bukti nyata bahwa era dominasi politik melalui media sosial sedang mengalami perubahan besar. Media sosial telah berbalik arah, memberi kesempatan pada publik untuk mengungkap manipulasi atau ketidaksesuaian fakta dengan sangat cepat.

Plato - Orang yang Bijak Berbicara Karena Mereka Memiliki Sesuatu untuk Dikatakan; Orang Bodoh …

Literasi Digital Netizen Semakin Tinggi

Salah satu alasan utama mengapa kasus seperti "Fufufafa" berhasil terbongkar adalah meningkatnya literasi digital di kalangan masyarakat, khususnya netizen di Indonesia. Pengguna internet kini memiliki akses tak terbatas pada informasi dan alat analisis yang membantu mereka membandingkan fakta dari berbagai sumber. Akibatnya, narasi atau informasi yang dipandang manipulatif akan segera dipertanyakan dan dibongkar oleh publik.

Banyak Perusahaan Enggan Merekrut Generasi Z: Gaya Hidup YOLO, FOMO, FOPO Jadi Penyebabnya?

Dengan kemampuan untuk mengakses informasi dari berbagai platform, netizen mampu mendeteksi inkonsistensi dalam pernyataan atau langkah politik yang dilakukan oleh figur publik. Seiring dengan berkembangnya aplikasi mobile, akses ini menjadi semakin mudah, menciptakan peluang lebih besar bagi masyarakat untuk menyuarakan pendapat mereka.

Crowdsourcing Fakta: Kekuatan Komunitas Media Sosial

FOPO: Ketakutan Akan Opini Orang Lain sebagai Ancaman Baru di Era Media Sosial

Media sosial tidak hanya menjadi platform bagi politisi untuk menyampaikan pesan mereka, tetapi juga memungkinkan crowdsourcing fakta oleh pengguna. Artinya, kasus seperti "Fufufafa" sering kali diungkap oleh kerja sama banyak pihak yang menyelidiki, berbagi, dan menyebarkan informasi. Komunitas daring di platform seperti Twitter, Instagram, dan Facebook memainkan peran utama dalam membongkar narasi yang dipandang salah atau menyesatkan.

Fenomena ini membuat kampanye digital politisi menjadi lebih rumit. Sekarang, setiap pernyataan dan tindakan yang dilakukan politisi akan selalu diawasi oleh ribuan mata netizen, yang tidak segan-segan untuk mengungkap ketidaksesuaian yang mereka temukan.

Halaman Selanjutnya
img_title