Indonesia Trade Expo di ICE BSD Dinilai Usang, Tidak Efektif dan Hanya Buang Anggaran
- Handoko/Istimewa
Jakarta, WISATA – Indonesia Trade Expo (ITE) yang diselenggarakan di ICE BSD setiap tahun dinilai tidak lagi relevan dan tidak efektif untuk mendongkrak nilai ekspor Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Mikro, Kecil, dan Menengah Indonesia Bersatu (KOPITU), Yoyok Pitoyo, memberikan kritik tajam terhadap pameran dagang tahunan ini. Menurut Yoyok, model pameran seperti ITE sudah ketinggalan zaman dan seharusnya dihentikan karena hanya menghabiskan anggaran negara tanpa memberikan hasil yang signifikan bagi perkembangan ekspor Indonesia.
"Model pameran seperti Indonesia Trade Expo sudah usang dan jadul. Sebaiknya dihentikan saja karena hasilnya tidak sebanding dengan anggaran besar yang dikeluarkan," ujar Yoyok dalam pernyataannya. Kritik ini dilayangkan Yoyok karena melihat sejumlah ketidakefektifan ITE dalam mempertemukan produsen Indonesia dengan pembeli internasional yang potensial.
Pameran Dipenuhi Produk Asing
Salah satu sorotan utama Yoyok adalah banyaknya booth pameran yang tidak hanya diisi oleh produk-produk lokal, tetapi juga produk impor dari luar negeri. "Faktanya, di panggung yang kita buat, kita justru memperbesar kompetitor ekspor kita. Produk luar negeri banyak dipamerkan di booth ITE, yang seharusnya fokus pada produk Indonesia," ungkapnya.
Data dari penyelenggara ITE menunjukkan bahwa pada tahun 2023, lebih dari 15% booth diisi oleh produk impor yang dipamerkan oleh distributor dalam negeri. Kondisi ini menurut Yoyok sangat merugikan karena bukannya meningkatkan ekspor produk Indonesia, ITE malah turut mempromosikan produk luar negeri.
Peserta dan Pengunjung: Mayoritas Broker, Bukan Produsen
Selain masalah produk asing, Yoyok juga menyoroti bahwa pengunjung dan peserta yang hadir di ITE bukan lagi berasal dari produsen atau pengguna langsung, melainkan mediator dan broker. "ITE bukan lagi ajang pertemuan antara produsen dan pembeli, tetapi lebih banyak dihadiri oleh perantara yang memperpanjang rantai pasok. Ini membuat harga produk Indonesia tidak lagi kompetitif di pasar internasional," jelasnya.