Menjelang Pelantikan Presiden Terpilih, Inilah Kondisi Ekonomi Indonesia Saat Ini
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Sebulan menjelang pelantikan presiden terpilih, perhatian publik, terutama investor, tertuju pada kondisi ekonomi Indonesia. Dengan ketidakpastian global yang terus berlanjut, mulai dari ketegangan geopolitik hingga inflasi yang tinggi di berbagai negara, banyak pihak yang penasaran bagaimana prospek ekonomi Indonesia ke depan. Artikel ini akan memberikan analisis mendalam tentang kondisi ekonomi Indonesia berdasarkan indikator ekonomi terbaru yang dihimpun dari berbagai sumber terpercaya, sehingga calon investor dapat mengambil keputusan yang lebih bijak.
1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Tinjauan Terbaru
Salah satu indikator utama untuk menilai kesehatan ekonomi suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal kedua tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,1%. Angka ini sedikit lebih rendah dari target yang ditetapkan pemerintah di kisaran 5,2-5,3%. Meskipun demikian, angka ini tetap menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah perlambatan ekonomi global.
Pertumbuhan ini didorong oleh sektor konsumsi domestik yang stabil dan ekspor komoditas seperti minyak kelapa sawit dan batu bara. Namun, ada kekhawatiran bahwa permintaan global yang melemah dapat menurunkan harga komoditas, yang pada akhirnya bisa memengaruhi penerimaan ekspor Indonesia.
Sektor konsumsi juga menjadi pendorong utama, dengan konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 54,42% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini didukung oleh pertumbuhan daya beli masyarakat, meskipun tekanan inflasi masih dirasakan, khususnya pada sektor pangan.
2. Inflasi: Stabilitas Harga atau Ancaman?
Inflasi menjadi salah satu perhatian utama bagi investor, terutama dalam mempengaruhi suku bunga dan daya beli masyarakat. Hingga Agustus 2024, inflasi tahunan Indonesia tercatat di angka 3,5%, sedikit di bawah target Bank Indonesia (BI) yang berada di kisaran 3,5%-4,5%. Penurunan inflasi ini disebabkan oleh penurunan harga energi dan pangan, serta kebijakan moneter yang cukup ketat dari BI.