Massimo Pigliucci: “Ketidaksempurnaan adalah Bagian dari Kehidupan. Terimalah dan Gunakan sebagai Pelajaran”
- Image Creator Grok/Handoko
Dalam Stoikisme, salah satu pilar utama adalah amor fati—mencintai takdir. Bukan berarti kita harus suka dengan hal-hal buruk, tetapi kita belajar menerimanya dengan lapang dada dan menjadikannya bagian dari perjalanan hidup.
Massimo Pigliucci menerapkan prinsip ini dengan mengingatkan bahwa kesempurnaan bukanlah tujuan, tetapi proses. Setiap kegagalan, luka, atau kekurangan adalah potongan mozaik yang membentuk siapa diri kita sebenarnya.
Alih-alih menghabiskan energi untuk menyesali masa lalu, Pigliucci menyarankan kita untuk menanyakan satu hal penting: “Apa yang bisa saya pelajari dari ini?”
Dari Gagal Menjadi Tangguh
Tidak ada orang sukses yang tidak pernah gagal. Justru di balik setiap pencapaian besar, selalu ada kisah jatuh bangun yang sering tidak terlihat.
Banyak tokoh besar seperti Thomas Edison, Steve Jobs, hingga Oprah Winfrey mengalami penolakan dan kegagalan besar sebelum akhirnya sukses. Apa yang membedakan mereka? Mereka tidak menyerah pada ketidaksempurnaan. Mereka menjadikannya pelajaran.
Massimo Pigliucci menyuarakan hal yang sama: “Ketidaksempurnaan bukan hambatan. Itu adalah kesempatan untuk membangun versi terbaik dari diri kita sendiri.”