Massimo Pigliucci: “Ketidaksempurnaan adalah Bagian dari Kehidupan. Terimalah dan Gunakan sebagai Pelajaran”
- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA – Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tuntutan kesempurnaan, kita kerap kali terjebak dalam tekanan untuk selalu tampil tanpa cela. Media sosial menampilkan gambaran hidup yang ideal: tubuh sempurna, karier sukses, rumah mewah, hubungan harmonis. Namun, di balik segala citra tersebut, filsuf modern Massimo Pigliucci datang dengan pesan yang membumi dan menyentuh hati:
“Ketidaksempurnaan adalah bagian dari kehidupan. Terimalah dan gunakan sebagai pelajaran.”
Kutipan ini bukan sekadar kalimat motivasi, tetapi panduan hidup yang realistis. Pigliucci, pengusung filsafat Stoikisme, mengajak kita untuk melihat kekurangan, kegagalan, dan kesalahan bukan sebagai musuh, melainkan sebagai guru.
Tidak Ada Manusia yang Sempurna – Dan Itu Baik
Kita sering merasa frustrasi ketika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan. Entah itu rencana karier yang gagal, hubungan yang kandas, atau keputusan masa lalu yang kita sesali. Namun, menurut Pigliucci, justru dalam ketidaksempurnaan itulah letak kekuatan manusia.
“Kesalahan bukan tanda kelemahan,” ujarnya dalam berbagai wawancara. “Itu adalah bahan bakar untuk pertumbuhan.”
Dengan kata lain, menerima ketidaksempurnaan bukan berarti menyerah atau pasrah. Sebaliknya, itu adalah titik awal dari perubahan yang bermakna. Dengan menerima kekurangan diri, kita membuka ruang untuk berkembang.
Stoikisme dan Seni Menerima Realitas