Penelitian Menunjukkan Pekerja Kelas Bawah Terkubur di Piramida Mesir Kuno

Patung Firaun Taharqa di Tombos
Sumber :
  • Instagram/serge.sibert

Malang, WISATA – Selama berabad-abad, para sejarawan berasumsi bahwa piramida Mesir kuno dibangun sebagai makam besar hanya untuk kaum elit dan berkuasa. Namun, penelitian baru di situs arkeologi kuno Tombos, di Sudan modern, menunjukkan bahwa asumsi konvensional ini mungkin tidak sepenuhnya akurat. Sebuah penelitian baru yang diterbitkan dalam Journal of Anthropological Archaeology mengungkapkan bahwa para pekerja berstatus rendah juga dimakamkan di makam piramida bersama kaum elit, bertentangan dengan apa yang telah lama diasumsikan tentang stratifikasi sosial dalam praktik pemakaman kuno.

Sebuah Makam Mesir yang Dihiasi Mantra Ular Ajaib Ditemukan

Terletak di sepanjang Sungai Nil, Tombos merupakan tempat penting di wilayah Nubia kuno. Mesir menaklukkan wilayah tersebut sekitar tahun 1400 SM dan mendirikan Tombos sebagai pemukiman kolonial untuk menguasai Nubia. Orang-orang kaya biasanya dimakamkan di makam piramida, tetapi dalam skala yang lebih kecil daripada piramida raksasa di Giza. Penilaian ulang baru-baru ini terhadap 110 kerangka manusia di situs tersebut telah mengungkap beberapa hal yang tidak terduga tentang komposisi orang-orang yang dimakamkan di monumen-monumen ini.

Para arkeolog meneliti perubahan entheseal di dalam tulang—perubahan di tempat ligamen dan tendon menempel pada tulang, dan yang sering kali menunjukkan tingkat kerja fisik. Menurut penelitian, individu dengan sedikit keausan entheseal kemungkinan besar adalah anggota masyarakat elit yang melakukan pekerjaan fisik minimal. Sebaliknya, banyak kerangka dengan perubahan entheseal yang luas, yang menunjukkan pekerjaan berat, juga dikubur di dalam makam piramida. Temuan ini menunjukkan piramida tidak secara eksklusif diperuntukkan bagi kaum elit.

Inilah Sebabnya, Mengapa Piramida Mesir Dibangun di Sepanjang Jalur Gurun Pasir

Penelitian ini mengusulkan berbagai kemungkinan penjelasan mengapa para buruh dikuburkan bersama kaum elit. Salah satu kemungkinannya adalah bahwa para administrator penjajah bersikeras memaksakan bentuk sosial hierarkis bahkan dalam penguburan, mengatur lanskap pemakaman suci untuk mencerminkan kendali mereka. Kemungkinan lainnya adalah bahwa individu dari strata bawah ingin dikuburkan di makam piramida untuk mendapatkan status, perlindungan magis dan keterlibatan dalam kultus pemakaman majikan elit.

Penulis penelitian Sarah Schrader, seorang profesor arkeologi di Universitas Leiden, mencatat bahwa meskipun studi tersebut difokuskan pada Tombos, praktik penguburan yang sama mungkin terjadi di Mesir sendiri, tetapi diperlukan lebih banyak penelitian. Ia menekankan perlunya memikirkan kembali asumsi sebelumnya karena penemuan baru terus-menerus mendefinisikan ulang pemahaman kita tentang masyarakat kuno.

Reaksi Peradaban Kuno terhadap Gerhana, Dianggap Pesan dari Para Dewa

Penelitian ini juga menemukan bahwa dinamika sosial dan budaya di Tombos lebih kompleks daripada yang diyakini sebelumnya. Meskipun makam piramida bergaya Mesir menampung orang-orang kelas pekerja dan orang-orang berstatus tinggi, makam-makam lain di daerah tersebut mengungkapkan variasi tambahan. Pemakaman bergaya Nubia, misalnya, memiliki skor entheseal yang relatif rendah, yang menunjukkan bahwa orang-orang yang dimakamkan di makam tersebut mungkin memiliki pekerjaan yang tidak terlalu menuntut secara fisik meskipun mereka mengidentifikasi diri sebagai orang Nubia selama masa kolonial Mesir.

Lebih jauh lagi, penelitian ini menetapkan bahwa status migrasi bukanlah faktor utama dalam pemilihan praktik penguburan. Penduduk lokal dan nonlokal menunjukkan aktivitas fisik yang sama, yang menunjukkan bahwa status sosial ekonomi, bukan etnis atau asal, merupakan faktor penentu dalam pengugasan tenaga kerja dan praktik penguburan.

Halaman Selanjutnya
img_title