Rahasia Stoik Tim Ferriss: Cara Menjadi Lebih Tangguh di Era Digital
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Di era digital yang serba cepat dan penuh distraksi ini, banyak orang merasa kewalahan oleh tekanan kerja, media sosial, dan ekspektasi yang terus meningkat. Tidak sedikit yang mengalami stres, kecemasan, atau bahkan kehilangan arah dalam hidup. Namun, di tengah hiruk-pikuk ini, ada satu pendekatan yang tetap relevan selama ribuan tahun dan kini kembali naik daun, yakni Stoikisme. Salah satu sosok modern yang mengadopsi filosofi ini dalam kehidupan sehari-harinya adalah Tim Ferriss, seorang penulis, investor, dan entrepreneur sukses yang dikenal dengan pendekatan hidupnya yang efisien dan berbasis prinsip Stoik.
Mengapa Stoikisme Relevan di Era Digital?
Stoikisme adalah filosofi Yunani kuno yang menekankan ketenangan, ketahanan mental, dan kendali atas emosi. Dalam dunia digital yang penuh dengan gangguan dan ketidakpastian, prinsip-prinsip Stoik menawarkan panduan yang kuat untuk menjalani hidup dengan lebih tenang dan terkendali. Tim Ferriss, yang terkenal dengan buku-buku seperti The 4-Hour Workweek dan Tools of Titans, telah lama mengadopsi prinsip Stoik dalam kehidupan dan kariernya. Baginya, Stoikisme bukan sekadar teori, tetapi alat praktis untuk menghadapi tantangan sehari-hari.
Tim Ferriss dan Prinsip Stoik yang Ia Terapkan
Ferriss tidak hanya membaca tentang Stoikisme, tetapi benar-benar menerapkannya dalam kehidupan nyata. Salah satu teknik favoritnya adalah negative visualization, di mana seseorang membayangkan skenario terburuk untuk menghilangkan ketakutan terhadap ketidakpastian. Dengan cara ini, ia melatih pikirannya untuk lebih siap menghadapi berbagai situasi yang mungkin terjadi, tanpa harus terjebak dalam kecemasan berlebihan.
Ia juga menerapkan konsep voluntary discomfort, atau secara sukarela menempatkan diri dalam situasi yang kurang nyaman. Misalnya, ia sesekali memilih hidup dengan makanan sederhana atau tidur di lantai untuk mengingatkan dirinya bahwa kemewahan bukanlah kebutuhan utama dalam hidup. Hal ini mengajarkannya untuk tidak bergantung pada kenyamanan yang bersifat sementara, sehingga ia lebih siap menghadapi ketidakpastian hidup.
Selain itu, Ferriss mengadopsi prinsip amor fati, yang berarti menerima dan mencintai segala sesuatu yang terjadi dalam hidup, baik itu hal baik maupun buruk. Filosofi ini membantunya untuk tetap tenang dalam menghadapi kegagalan dan melihatnya sebagai bagian dari perjalanan menuju kesuksesan.