Marcus Aurelius: Mencari Kebenaran, Bukan Ego — Seni Menerima Kritik demi Hidup yang Lebih Bijak
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA — Dalam dunia yang kerap terjebak dalam debat kusir dan ego pribadi, pemikiran Marcus Aurelius, filsuf Romawi sekaligus Kaisar Stoik yang terkenal karena kedalaman kontemplasinya, kembali menggugah kesadaran kita akan pentingnya kerendahan hati dalam berpikir dan bertindak. Dalam salah satu kutipannya yang terkenal, Marcus menyatakan:
“If anyone can refute me—show me I’m making a mistake or looking at things from the wrong perspective—I’ll gladly change. It’s the truth I’m after, and the truth never harmed anyone.”
(Jika ada yang bisa membantahku—menunjukkan bahwa aku salah atau melihat sesuatu dari sudut pandang yang keliru—aku akan dengan senang hati berubah. Yang kucari adalah kebenaran, dan kebenaran tidak pernah menyakiti siapa pun.)
Filsafat yang Melampaui Ego
Pernyataan ini mencerminkan semangat Stoisisme yang menekankan pencarian kebenaran, bukan pembenaran diri. Marcus Aurelius mengajarkan bahwa kekuatan sejati seorang manusia terletak pada kemampuannya untuk berubah ketika dihadapkan pada argumen yang lebih baik. Alih-alih mempertahankan pandangan secara keras kepala, ia mendorong kita untuk terbuka terhadap koreksi.
Dalam iklim digital saat ini, di mana banyak orang bersikeras mempertahankan opininya meskipun keliru, kata-kata Marcus menawarkan pelajaran berharga: mendengarkan, mengevaluasi, dan menerima kebenaran adalah bentuk kekuatan, bukan kelemahan.
Kebenaran Tidak Menyakiti, Ego yang Menolak