Tabungan Naik, Konsumsi Turun: Apakah Indonesia Terjebak dalam Paradox of Thrift?

Paradox of Thrift
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Indonesia saat ini sedang berada di tengah-tengah situasi ekonomi yang penuh tantangan. Inflasi yang tinggi, kenaikan harga barang kebutuhan pokok, dan ketidakpastian ekonomi global membuat banyak orang mulai lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan mereka. Ada fenomena menarik yang muncul dalam kondisi ini: tabungan masyarakat Indonesia mengalami kenaikan, namun konsumsi mereka justru menurun. Apakah ini menandakan bahwa Indonesia terjebak dalam Paradox of Thrift?

Miskin Tapi Hedon? Fenomena Lipstick Effect di Tengah Lesunya Ekonomi Indonesia

Apa itu Paradox of Thrift?

Paradox of Thrift adalah konsep ekonomi yang pertama kali dikenalkan oleh ekonom Inggris, John Maynard Keynes, yang menyatakan bahwa meskipun menabung adalah hal yang baik bagi individu, jika seluruh masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan memutuskan untuk menabung lebih banyak, justru dapat menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi. Mengapa demikian? Ketika orang lebih banyak menabung dan mengurangi pengeluaran konsumsi, permintaan terhadap barang dan jasa akan menurun. Hal ini bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi dan bahkan memperburuk resesi.

Paradox of Thrift: Ketika Menabung Justru Bisa Memperlambat Ekonomi Indonesia

Fenomena ini menjadi paradoks karena meskipun menabung dapat dianggap sebagai tindakan bijak untuk menghadapi masa depan yang lebih baik, dalam jumlah besar, itu justru bisa menyebabkan efek sebaliknya, yaitu memperlambat perekonomian.

Tabungan Meningkat, Tapi Konsumsi Tertekan

Paradox of Thrift: Fenomena Ekonomi yang Menggambarkan Situasi Indonesia Saat Ini

Data yang dirilis oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa tabungan masyarakat Indonesia memang menunjukkan kenaikan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada kuartal pertama tahun 2024, tabungan masyarakat Indonesia tercatat meningkat sekitar 6,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Masyarakat mulai lebih banyak menabung untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi yang melanda. Ini adalah salah satu tanda bahwa orang-orang semakin berhati-hati dalam mengelola keuangan mereka.

Namun, di sisi lain, pengeluaran konsumsi masyarakat justru mengalami penurunan. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), pada triwulan kedua tahun 2024, konsumsi rumah tangga Indonesia turun 1,2% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Masyarakat mulai membatasi pengeluaran mereka, mengurangi pembelian barang-barang non-esensial, dan memilih untuk lebih banyak menabung.

Halaman Selanjutnya
img_title