Tabungan Naik, Konsumsi Turun: Apakah Indonesia Terjebak dalam Paradox of Thrift?

Paradox of Thrift
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Fenomena ini menunjukkan adanya Paradox of Thrift yang tengah terjadi di Indonesia. Meski tabungan masyarakat meningkat, namun daya beli masyarakat menurun. Hal ini tidak hanya terjadi pada kelompok berpendapatan rendah, tetapi juga pada kelompok menengah hingga atas. Masyarakat Indonesia seolah-olah terjebak dalam dilema antara menabung untuk masa depan yang lebih aman dan mengurangi pengeluaran untuk mempertahankan daya beli.

Ekonomi Lesu: Shifting Teknologi atau Dampak Resesi Global?

Mengapa Konsumsi Menurun?

Penurunan konsumsi rumah tangga di Indonesia dapat dijelaskan dengan beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi yang tidak stabil. Salah satunya adalah inflasi yang terus melambung. Harga barang-barang kebutuhan pokok seperti bahan makanan, bahan bakar, dan transportasi terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Masyarakat mulai merasakan tekanan dari harga-harga yang semakin mahal, sehingga mereka mengurangi pengeluaran untuk barang-barang yang dianggap kurang penting.

Kebijakan Proaktif Presiden Prabowo: Indonesia Siap Hadapi Tantangan Global

Selain itu, ketidakpastian ekonomi global yang turut mempengaruhi perekonomian Indonesia juga berperan dalam penurunan konsumsi. Banyak masyarakat yang merasa khawatir dengan masa depan ekonomi negara ini, sehingga mereka lebih memilih untuk menabung dan menyimpan uang daripada menghabiskannya untuk konsumsi. Bahkan, sektor pariwisata yang sempat menggeliat pasca-pandemi pun kini kembali lesu karena daya beli masyarakat yang semakin menurun.

Apakah Paradox of Thrift Memperlambat Ekonomi Indonesia?

Bertahan di Tengah Badai! Bagaimana Indonesia Jaga Ekonomi Tetap Kuat?

Kenaikan tabungan dan penurunan konsumsi memang menunjukkan adanya gejala yang mirip dengan Paradox of Thrift. Jika masyarakat terus-menerus lebih fokus pada menabung daripada mengkonsumsi, maka permintaan terhadap barang dan jasa akan berkurang, yang pada gilirannya dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi makroekonomi, konsumsi rumah tangga di Indonesia berkontribusi lebih dari 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Jadi, jika konsumsi menurun, otomatis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terdampak. Sektor-sektor seperti perdagangan, jasa, dan manufaktur yang bergantung pada konsumsi rumah tangga akan merasakan dampaknya. Ini bisa menyebabkan resesi atau pertumbuhan ekonomi yang sangat lambat.

Halaman Selanjutnya
img_title