Shifting vs. Resesi: Dua Sisi Tantangan Ekonomi Modern

Fakta di Balik Kelesuan Ekonomi Global
Sumber :
  • Image Creator bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi global mengalami perubahan yang signifikan, menghadapi tantangan ganda berupa shifting teknologi yang mengubah cara bisnis beroperasi dan ancaman resesi yang semakin mendalam. Perdebatan mengenai penyebab utama kelesuan ekonomi pun semakin mengemuka: apakah transformasi digital (shifting) yang terlalu cepat yang menjadi biang keladinya, ataukah faktor eksternal seperti resesi global yang membawa dampak lebih besar?

Ekonomi Lesu: Shifting Teknologi atau Dampak Resesi Global?

Artikel ini akan mengupas perbedaan antara dampak shifting teknologi dan resesi global terhadap perekonomian. Dengan dukungan data statistik dari berbagai sumber terpercaya, kami akan menyajikan gambaran nyata dari kedua fenomena ini agar kita bisa lebih memahami tantangan yang dihadapi ekonomi modern.

Shifting Teknologi: Revolusi Digital yang Memacu Perubahan

SOLO: Waspadai Jejak Digital, Kenali Bahaya yang Mengintai di Setiap "Klik"

Transformasi digital atau shifting teknologi bukanlah fenomena baru, tetapi kecepatannya meningkat drastis dalam dekade terakhir. Menurut laporan McKinsey Global Institute, adopsi digital yang dipercepat selama pandemi COVID-19 mengakibatkan peningkatan produktivitas global sebesar 20% di banyak sektor. Perusahaan-perusahaan besar berinvestasi besar-besaran dalam teknologi untuk mengotomatisasi proses dan mencapai efisiensi yang lebih tinggi, sementara banyak perusahaan kecil dipaksa beradaptasi atau menghadapi risiko tertinggal.

Namun, perubahan yang cepat ini juga memiliki sisi negatif. Berdasarkan survei Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), lebih dari 45% usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia mengalami penurunan pendapatan karena sulitnya beralih ke teknologi digital. Masalah ini terjadi karena keterbatasan anggaran, keterampilan yang rendah dalam hal digital, dan minimnya infrastruktur.

Indonesia dan Mesir Bersatu dalam Transformasi Digital untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Pergeseran menuju ekonomi digital juga mengubah pola tenaga kerja. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sektor manufaktur di Indonesia menyusut sebesar 4% sejak 2020 karena otomasi, sementara sektor jasa berbasis teknologi seperti e-commerce dan layanan online mengalami pertumbuhan pesat, menyerap lebih banyak tenaga kerja digital. Namun, tidak semua pekerja siap atau memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengisi pekerjaan di sektor-sektor baru ini, sehingga angka pengangguran di sektor tertentu meningkat.

Resesi Ekonomi: Krisis Global yang Memperparah Kondisi

Halaman Selanjutnya
img_title