Dari Yunani Kuno ke Era Digital: Sofisme dalam Dunia Media Sosial

Perdebatan Plato dan Kaum Sofis (ilustrasi)
Sumber :
  • Handoko/istimewa

Kedua, pendidikan literasi digital menjadi semakin penting untuk melindungi diri dari manipulasi informasi. Menurut laporan We Are Social (2024), rata-rata pengguna internet di Indonesia menghabiskan lebih dari tiga jam sehari di media sosial. Angka ini menunjukkan betapa besar pengaruh media sosial dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kemampuan untuk menganalisis informasi secara kritis sangat diperlukan.

Begini Cara Kaum Sofis di Era Yunani Kuno Membangun Dukungan Terhadap Tokoh Pilihannya

Ketiga, prinsip-prinsip yang diajarkan oleh kaum Sofis, seperti fleksibilitas dalam berpikir dan memahami audiens, dapat digunakan untuk menciptakan komunikasi yang lebih efektif dan inklusif. Dengan menggunakan retorika secara etis, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik dan menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif.

Sofisme sebagai Seni, Bukan Manipulasi

Cahaya Pemahaman dalam Kegelapan: Pesan Filosofis dari The Name of the Rose karya Umberto Eco

Sofisme, seperti yang diajarkan oleh para filsuf Yunani kuno, adalah seni berbicara yang penuh dengan potensi. Di era digital, seni ini telah berkembang menjadi alat yang sangat berpengaruh dalam komunikasi di media sosial. Namun, dengan kekuatan besar datang tanggung jawab besar. Kita harus belajar untuk menggunakan seni retorika ini dengan bijak, memastikan bahwa ia digunakan untuk tujuan yang baik dan bukan untuk manipulasi.

Pada akhirnya, sofisme bukanlah tentang manipulasi semata, tetapi tentang keterampilan yang dapat membantu kita menjadi komunikator yang lebih baik. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini secara etis, kita dapat menciptakan dampak positif dalam dunia digital yang semakin kompleks.

Buka Rahasia Sukses Anda: Temukan Kekuatan Hierarki Kebutuhan Maslow di Era Digital