Penaklukan Konstantinopel: Bagaimana Kekhalifahan Ottoman Bisa Mengguncang Dunia?
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Pada 29 Mei 1453, sejarah mencatat salah satu peristiwa paling penting yang mengubah wajah dunia: penaklukan Konstantinopel oleh Kekhalifahan Ottoman di bawah kepemimpinan Sultan Mehmed II. Peristiwa ini bukan hanya menandai akhir dari Kekaisaran Bizantium yang telah berdiri selama lebih dari seribu tahun, tetapi juga simbol perubahan kekuasaan dari dunia Kristen ke dunia Islam di wilayah tersebut. Dampaknya begitu besar sehingga mengguncang seluruh Eropa dan Asia, serta membuka jalan bagi Kekhalifahan Ottoman menjadi salah satu kekuatan paling dominan di dunia selama berabad-abad.
Latar Belakang Konstantinopel: Kota Strategis yang Diperebutkan
Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Bizantium, dikenal sebagai "gerbang" antara Eropa dan Asia. Lokasinya yang strategis di Selat Bosporus menjadikan kota ini sebagai pusat perdagangan yang menghubungkan dua benua. Selain itu, Konstantinopel juga memiliki posisi pertahanan yang sangat kuat dengan benteng-benteng tebal yang mengelilingi kota. Kekaisaran Bizantium telah bertahan selama berabad-abad, meskipun berkali-kali diserang oleh bangsa-bangsa lain.
Namun, pada abad ke-15, Kekaisaran Bizantium telah melemah secara signifikan, baik secara politik maupun ekonomi. Sementara itu, Kekhalifahan Ottoman yang berdiri pada abad ke-13 semakin kuat dan menguasai sebagian besar wilayah di sekitar Konstantinopel. Penaklukan kota tersebut menjadi prioritas bagi Sultan Mehmed II yang baru berusia 21 tahun saat itu. Mehmed yakin bahwa Konstantinopel adalah kunci untuk memperluas kekuasaannya dan mengubah Ottoman menjadi kekaisaran yang tak tertandingi.
Persiapan Penaklukan: Strategi Militer Sultan Mehmed II
Mehmed II, yang kemudian dikenal sebagai "Sang Penakluk," merencanakan serangan yang matang terhadap Konstantinopel. Persiapan ini melibatkan berbagai inovasi militer yang belum pernah digunakan sebelumnya. Salah satu langkah penting adalah pembangunan Benteng Rumeli Hisarı di tepi Selat Bosporus untuk memutuskan suplai Konstantinopel dari Laut Hitam.
Namun, yang paling mencengangkan adalah penggunaan meriam raksasa, yang disebut "Great Turkish Bombard," yang dirancang oleh insinyur Hungaria, Urban. Meriam ini, dengan panjang lebih dari 8 meter dan diameter peluru 1 meter, mampu menghancurkan benteng-benteng tebal Konstantinopel yang selama berabad-abad dianggap tak terkalahkan.