Aristoteles, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd: Menyingkap Warisan Sains yang Terlupakan Dunia Islam

Aristoteles Bersama Para Filsuf dan Cendekiawan Muslim
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA – Dunia Islam pernah menjadi pusat peradaban yang melahirkan para pemikir besar dengan kontribusi yang tak ternilai dalam bidang sains, filsafat, dan kedokteran. Di antara nama-nama yang paling berpengaruh adalah Aristoteles, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Meskipun Aristoteles bukan berasal dari dunia Islam, pengaruh pemikirannya menyebar luas ke dunia Muslim melalui terjemahan dan interpretasi yang dilakukan oleh para ilmuwan Muslim. Artikel ini akan mengungkap bagaimana tiga tokoh ini membangun warisan sains yang relevansinya masih terasa hingga saat ini.

Pengaruh Kematian Socrates Terhadap Perkembangan Dunia Filsafat dan Intelektual Saat Itu

Peran Aristoteles sebagai Landasan Filosofis

Aristoteles (384–322 SM), seorang filsuf Yunani, merupakan tokoh sentral dalam pengembangan logika, metafisika, dan ilmu alam. Pemikirannya menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam melalui terjemahan karya-karyanya ke dalam bahasa Arab. Selama abad ke-8 hingga 12 M, Baitul Hikmah di Baghdad berperan besar dalam mentransmisikan pengetahuan Yunani ke dunia Islam.

Misteri Kematian Socrates: Benarkah Ia Dibunuh karena Kebenaran?

Karya Aristoteles seperti Physics, Metaphysics, dan Nicomachean Ethics tidak hanya diterjemahkan tetapi juga dikomentari oleh para cendekiawan Muslim. Di sinilah muncul nama-nama seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd yang membawa pemikiran Aristoteles ke tingkat yang lebih tinggi melalui interpretasi mereka.

Ibnu Sina: Sang Bapak Kedokteran Modern

Inilah Karya-Karya Fenomenal Filsuf dan Cendekiawan Muslim yang Terinspirasi oleh Aristoteles

Ibnu Sina (980–1037), yang juga dikenal sebagai Avicenna di dunia Barat, merupakan seorang polymath asal Persia. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah dalam bidang kedokteran melalui karya monumentalnya, Al-Qanun fi al-Tibb (The Canon of Medicine). Buku ini menjadi referensi utama di universitas-universitas Eropa selama lebih dari lima abad.

Selain kedokteran, Ibnu Sina juga mempelajari metafisika dan logika, di mana ia berusaha mengintegrasikan pemikiran Aristoteles dengan pandangan Islam. Salah satu konsep penting yang ia kembangkan adalah teori "wajib al-wujud" (kewajiban keberadaan), yang menjadi dasar dalam filsafat Islam.

Halaman Selanjutnya
img_title